KOMPAS.com - Apa jadinya jika ada embrio yang berasal dari setengah manusia dan setengah ayam? Hampir tak terbayangkan, bukan?
Namun, para peneliti di AS mewujudkan hal tersebut. Mereka menggabungkan sel manusia buatan dengan embbrio ayam.
Percobaan ini dilakukan untuk memahami kehidupan yang sedang berkembang dengan lebih baik.
Sebagai informasi, sampai saat ini, para ilmuwan tidak bisa menjawab bagai,ana sel-sel tertentu dalam embrio yang sedang berkembang memutuskan menjadi otot, tulang, saraf, atau anggota badan lainnya.
Dr Ali Brivanlou, pemimpin penelitian ini mencoba menjawabnya. Pria yang bekerja di Rockefeller University di New York melakukan sesuatu yang tak terbayangkan ini.
Dengan mencangkok sel manusia yang tumbuh di cawan petri pada embrio ayam, mereka bisa mengamati bagaimana sel-sel tubuh mengatur diri mereka sendiri.
Laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tersebut berhasil mengungkap mekanisme di dalam tubuh yang disebut "sel pendiri".
"Tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelah bola sel menempel pada dinding rahim," ungkap Dr Brivanlou dikutip dari Express.co.uk, Kamis (24/05/2018).
Dengan cara ini, para ilmuwan juga tetap bisa melakukan pengamatan tanpa harus tersandung masalah etika karena penggunaan embrio manusia.
Sebagai informasi, negara-negara seperti AS melarang penggunaan embrio manusia lebih dari 14 hari sebagai bahan percobaan. Padahal, pada masa tersebut, sel-sel pendiri baru saja terbentuk.
Untuk itu, sel manusia kemudian dicangkokan pada embrio ayam berusia 12 jam yang setara dengan embrio manusia berumur 14 hari.
Dr Martin Blum, seorang ahli biologi perkembangan di Universitas Hohenheim di Jerman, mengatakan temuan ini bisa mengakhiri penggunaan embrio manusia yang sebenarnya di laboratorium.
"Ini adalah kemajuan yang nyata, sangat indah untuk mempelajari tanpa harus menggunakan embrio manusia," ujar Dr Blum.
Tanggapan serupa juga diungkapkan oleh Martin Petra, peneliti sel punca di Jackson Laboratory, Maine. Menurutnya, hal ini menjadi jalan baru untuk mempelajari bagaimana janin cacat bermula.
"Ada cukup banyak hal dari sistem ini yang mengarah ke sana," ujar Petra.
Meski mendapat banyak dukungan, Dr Brivanlou tidak sepenuhnya setuju bahwa hal ini bisa menggantikan penggunaan embrio manusia.
"Tidak ada pengganti untuk mempelajari embrio yang sesungguhnya. Semua hal lain yang kami lakukan untuk memodelkan jenis itu adalah sebuah penyederhanaan," katanya.
Dr Brivanlou menambahkan, langkah selanjutnya adalah untuk menentukan bagaimana sebenarnya sel organ mempengaruhi tetangga mereka, yang dapat membantu upaya memanipulasi sel induk menjadi regenerasi jaringan dan organ khusus.
https://sains.kompas.com/read/2018/05/25/183400723/tim-ilmuwan-di-as-bikin-embrio-setengah-manusia-setengah-ayam