KOMPAS.com - Pernah bertanya-tanya mengapa burung tak punya gigi? Apakah itu akan membuat mereka lebih ringan di udara? Ataukah paruh tanpa gigi akan lebih baik untuk makan dibandingkan rahang bergerigi seperti nenek moyang mereka?
Sebuah penelitian baru memiliki teori seputar lenyapnya gigi-gigi para burung ini.
Penelitian yang dipublikasikan online dalam jurnal Biology Letters, Rabu (23/5/2018), menunjukkan bahwa burung tidak memiliki gigi supaya bisa menetas lebih cepat. Teori ini berseberangan dengan pandangan sebelumnya yang menyebut burung kehilangan gigi untuk membantu kemampuan terbang atau meningkatkan kemampuan mereka untuk makan.
Menurut penelitian, menumbuhkan gigi dapat menghabiskan 60 persen waktu inkubasi telur. Sementara makin cepat kemampuan untuk menetas maka akan meningkatkan kesempatan yang lebih baik untuk bertahan hidup. Burung akan terhindar dari predator atau bencana.
"Kami menemukan bahwa evolusi burung tanpa gigi merupakan efek dari proses seleksi supaya pertumbuhan embrio cepat dan dengan demikian masa inkubasi menjadi lebih pendek," jelas Tzu-Ruei Yang dan Martin Sander peneliti dari University of Bonn.
Yang dan Sander mengatakan kesimpulan ini berasal dari sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu. Mereka menemukan bahwa telur dinosaurus yang tidak terbang membutuhkan waktu lebih lama untuk menetas dibandingkan perkiraan sebelumnya. Sekitar tiga sampai 6 bulan. Hal ini dikarenakan pembentukan gigi yang lambat.
Sementara burung modern menetas hanya dalam waktu beberapa hari atau minggu saja.
Walau begitu kedua peneliti ini mengakui masih terdapat kelemahan dalam studi ini. Sebab teori mereka soal semakin cepat masa inkubasi ketika spesies menetas tanpa gigi tidak terbukti pada kura-kura. Spesies ini tetap memiliki masa inkubasi yang panjang meski tak mempunyai gigi.
https://sains.kompas.com/read/2018/05/24/162816823/terjawab-sudah-inilah-alasannya-burung-tak-punya-gigi