KOMPAS.com - Masih ingat perdebatan tentang warna gaun biru-hitam atau putih-emas?
Kini kembali muncul perdebatan serupa di sosial media.
Bedanya, perdebatan itu bukan dari gambar melainkan sebuah rekaman suara.
Para warganet berdebat tentang apa yang terdengar dari sebuah klip suara. Apakah kata "Yanny" atau "Laurel"?
Mulanya, rekaman ini dibagikan dalam situs hiburan Reddit. Tapi, kemudian berkembang dan dibagikan melalui twitter.
Hasilnya, warganet terpecah menjadi dua tim, yaitu tim Laurel dan tim Yanny.
Alasannya...
Hal ini kemudian menarik perhatian, apa alasan perbedaan pendengaran dari banyak orang tersebut?
Ternyata hal ini terkait dengan rekaman yang dilakukan.
"Ini bukan (rekaman) berkualitas sangat tinggi. Dan itu memungkinkan ada beberapa ambiguitas," ungkap Brad Story, seorang profesor ahli berbicara, bahasa, dan pendengaran dikutip dari CNN, Rabu (16/05/2018).
Selain itu, Story menyebut bahwa cara orang mendengar (alat yang digunakan) juga mempengaruhi perbedaan pendapat ini.
Story kemudian melakukan analisis akustik terhadap rekaman tersebut dari komputer.
Dia juga merekam suaranya sendiri ketika mengatakan "Yanny" dan "Laurel" sebagai perbandingan.
"Ketika saya menganalisis rekaman Laurel, resonansi ketika sangat tinggi untuk huruf L. Resonansi turun untuk huruf R dan naik lagi pada L," ujarnya.
"Hal yang menarik tentang kata Yanny adalah frekuensi kedua yang dihasilkan jalur vokal kita mengikuti jalur yang hampir sama, dalam hal apa yang tampak seperti spektografis, seperti Laurel," sambungnya.
Dengan kata lain, ini berhubungan dengan kualitas suara yang didengar.
"Jika Anda memiliki kualitas rekaman yang rendah, tidak mengherankan jika beberapa orang akan bingung resonansi kedua dan ketiga, sehingga mendengar kata Yanny bukannya Laurel," Story menjelaskan.
Profesor yang bekerja di Universitas Arizona itu juga menyebut, jika kita mengubah nada asli rekaman itu maka kedua kata akan terdengar.
"Kemungkinan besar rekaman asli adalah kata 'Laurel'," tuturnya.
Bukan Realitas Tunggal
Di luar alasan tersebut, perdebatan dalam hal ini membuktikan bahwa kita (manusia) masih melekat pada gagasan bahwa realitas yang benar adalah satu atau tunggal.
"Ini adalah fakta ilmu saraf bahwa semua yang kita alami adalah isapan jempol dari imajinasi kita," tulis Susana Martinez-Conde dan Stephen L. Macknik, profesor neurologi di SUNY Downstate Medical Center, AS dalam Scientific America dikutip dari Quartz, Rabu (16/05/2018).
"Meskipun sensasi yang kita rasakan akurat dan benar, mereka tidak mereproduksi realitas fisik yang nyata," sambungnya.
Ada banyak ketidaksesuaian dalam cara orang satu dengan lainnya melihat dunia.
Salah satu eksperimen menemukan bahwa orang dengan otak yang sehat mempersepsikan waktu berlalu dengan lebih lambat daripada orang dengan kerusakan otak.
Kebanyakan orang memang memahami hal ini secara teori. Tapi, dalam praktiknya, sulit bagi kita untuk mengakui bahwa persepsi kita tentang dunia hanyalah salah satu dari banyak pendapat (yang mungkin salah/benar).
Dirangkum dari Quartz, Rabu (15/05/2018), ini bukan masalah besar jika dalam hal perdebatan "Yanny" vs "Laurel" atau warna gaun.
Namun, hal ini bisa menjadi masalah besar jika keterikatan kita pada pandangan dunia membuat enggan mendengarkan pendapat lain yang membutakan kita pada fakta.
Jadi, apa yang Anda dengar dari rekaman suara berikut?
https://sains.kompas.com/read/2018/05/17/034242223/yanny-atau-laurel-kenapa-banyak-orang-dengar-kata-yang-berbeda