KOMPAS.com - Sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun lalu di The Journal of the American Osteopathic Association mengungkapkan bahwa kekurangan vitamin D mendunia karena penggunaan tabir surya.
Namun, Dr Victoria Werth berkata bahwa temuan tersebut bukan alasan untuk berhenti memakai tabir surya.
Dilansir dari Time, Senin (14/5/2018), profesor dermatologi dan pengobatan di University of Pennsylvania ini mengatakan, aku rasa kita terlalu khawatir dengan vitamin D, meskipun risiko kanker kulit jauh lebih besar daripada kekurangan vitamin D.
Berdasarkan Skin Cancer Foundation Statistics yang dilansir dari laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker kulit non-melanoma menyerang 2-3 juta orang, sementara kanker kulit melanoma menyerang 132.000 orang setiap tahunnya.
Lagipula, vitamin D bisa didapatkan dari suplemen atau makanan, seperti ikan, kuning telur, dan jamur.
Werth juga berkata bahwa tabir surya tidak 100 persen mencegah penyerapan vitamin D dari matahari.
Kalau pun Anda sudah menggunakan tabir surya dengan SPF 15, Anda cukup berdiri di bawah terik matahari selama satu jam untuk memenuhi kebutuhan vitamin D dalam sehari.
“Cahaya menembus tabir surya dengan kadar dua persen hingga tujuh persen, tergantung dari SPF-nya. Jika Anda memakai SPF 15, maka hanya 93 persen dari cahaya matahari yang terblokir, dan masih ada cukup cahaya matahari untuk memberi Anda vitamin D,” ujarnya.
Meski demikian, Werth pun mengakui bahwa kekurangan vitamin D, terutama pada anak-anak, tidak boleh disepelekan. Namun, risiko kanker kulit jauh lebih mengerikan dan umum daripada kekurangan vitamin D.
https://sains.kompas.com/read/2018/05/16/080700223/kemiskinan-vitamin-d-mendunia-perlukah-berhenti-pakai-tabir-surya-