KOMPAS.com - Para peneliti asal Universitas Utah tergerak menjadikan musik sebagai terapi bagi pasien demensia. Gagasan itu timbul lantaran musik terbukti mampu membangkitkan suasana hati pasien dengan gangguan jiwa. Bagian otak untuk fungsi kognitif juga terangsang berkat mendengarkan musik.
Hal ini tertuang dalam The Journal of Prevention of Alzheimer's Disease, yang tayang pada bulan ini.
Kesimpulan seperti itu diperoleh setelah para ilmuwan merekrut 17 orang yang mengidap demensia untuk mengikuti serangkaian eksperimen. Mereka diputarkan 20 detik potongan lagu-lagu kesayangan. Lalu, aktivitas mendengarkan musik itu dijeda untuk diulang kembali.
Saat para responden asyik menikmati lantunan musik, peneliti bertugas memindai gambaran otak pasien lewat fMRI.
Hasilnya, musik berpengaruh pada bagian otak para peserta. Aktivitas otak di jaringan visual, jaringan eksekutif, jaringan serebellar, dan jaringan kortikoserebellar, serta jaringan salience ikut meningkat.
Ini menjadi kabar baik bagi dunia kesehatan. Menurut salah satu peneliti, Dr. Norman Foster, musik bisa direkomendasikan sebagai terapi bagi pasien demensia. Pasalnya, penyakit tersebut menjadikan jaringan otak para pasien berkurang jumlah dan fungsinya.
“Jalur memori bahasa dan visual (pasien) telah rusak ketika penyakit ini muncul. Namun, musik kesukaan (mereka) mampu mengaktifkannya kembali. Apalagi bagi pasien yang telah (lupa) dengan lingkungan,” imbuhnya.
“Tidak ada yang bilang bahwa musik jadi obat untuk penyakit Alzheimer,” ungkap Prof. James Anderson, peneliti lain, turut menimpali.
Menurut dia, setidaknya dengan terapi musik mampu menurunkan depresi dan kecemasan para pasien. Dengan demikian, gejala lebih terkendali sehingga bisa menekan biaya pengobatan dan memperbaiki kualitas hidup pasien.
https://sains.kompas.com/read/2018/05/12/120600523/selain-menentramkan-hati-musik-bisa-jadi-terapi-bagi-pasien-demensia