KOMPAS.com - Kehidupan seksual binatang sering kali mengundang tanya dari para ilmuwan. Salah satunya kebiasaan kawin serangga.
Para ilmuwan menemukan bahwa lebih dari 100 spesies serangga terlibat dalam perkawinan sejenis.
Bahkan, pada beberapa spesies, lebih umum menemui perkawinan sejenis dibanding perkawinan heteroseksual.
Pratik ini membingungkan para peneliti karena jenis perkawinan ini membutuhkan waktu dan energi, serta risiko penyakit dan cedera.
Lebih-lebih, perkawinan sejenis tidak menawarkan manfaat dalam mewariskan gen kepada generasi mendatang.
Para peneliti berspekulasi bahwa itu mungkin cara menunjukkan dominasi sosial atas persaingan pejantan, sebuah perilaku praktis, atau malah hanya preferensi seksual.
Namun, kebingungan para peneliti mulai menemui titik terang.
Tidak Kompeten
Para peneliti dari School of Biological Sciences the University of East Anglia, Inggris menemukan jawaban pastinya.
Mereka menyimpulkan alasan perkawinan sejenis tersebut, dalam kasus kumbang, serangga hanya tidak kompeten (dalam hal seksual).
Kesimpulan tersebut berdasarkan penelitian panjang yang kemudian dipublikasikan dalam jurnal Animal Behavior.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa dalam populasi kumbang yang kebanyakan betina, pejantan jauh lebih mungkin melakukan perkawinan dengan pejantan lain.
Ini terjadi karena ada lebih sedikit tekanan untuk menemukan pasangan yang tepat.
Tanpa banyak tekanan, kumbang cenderung membuat lebih banyak kesalahan karena tidak banyak berpengaruh pada keberhasilan reproduksi.
Sebaliknya, jika populasi kumbang jantan lebih banyak, maka akan ada seleksi ketat untuk menemukan pasangan yang tepat.
Ini menyebabkan perkawinan sejenis lebih jarang terjadi.
"Dalam garis bias pejantan kami menemukan kumbang jantan lebih kopetitif dalam mencari betina dan kawin secara efisien," ungkap Kris Sales, pemimpin penelitian ini dikutip dari Telegraph, Kamis (10/05/2018).
"Pada garis bias betina, sangat mungkin bahwa pejantan secara acak benar-benar kawin dengan betina dan menghasilkan keturunan," imbuhnya.
Dalam garis bias betina inilah, kumbang jantan seolah kehilangan kemampuan untuk membedakan antara pasangan jantan dan betina.
Bukti Penelitian
Pada percobaan mereka, tim ini membesarkan enam poulasi kumbang tepung merah.
Kumbang-kumbang ini dipelihara selama 80 hingga 100 generasi di bawah rasio bias, baik pejantan ataupun betina.
Tiga populasi kumbang terjadi bias jantan sekitar 90 persen. Sedangkan 3 populasi lain mengalami bias betina.
Untuk memeriksa motivasi kawin pejantan, kumbang jantan di masing-masing populasi diberi pilihan kawin dengan betina atau pejantan.
Selanjutnya, perilaku mereka dipantai selama 15 menit.
Meski jumlah aktivitas seksual pada dua kelompok tersebut sama, para peneliti menemukan dalam populasi yang didominasi pejantan, kumbang jauh lebih selektif memilih pasangan.
Kumbang yang hidup di populasi dominan jantan lebih mungkin kawin dengan lawan jenisnya.
Ini berkebalikan dengan kumbang yang hidup dalam populasi dominan betina, mereka lebih banyak punya pasangan sejenis.
Tampaknya ini menunjukkan pilihan acak dari jenis kelamin pasangannya.
Hanya Serangga
Meski berhasil mengamati perilaku seksual dalam dunia serangga, namun ini tidak berarti bisa diterapkan pada jenis hewan lain.
"Hasil ini tidak dapat digeneralisasikan untuk menjelaskan perilaku hewan dengan fungsi kognitif yang lebih kompleks dan struktur sosial seperti burung dan mamalia," ujar Sales.
"Kemungkinan (beberapa jenis hewan lain) memiliki alasan yang sangat berbeda untuk kawin sesama jenis," imbuhnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/05/12/110700623/kumbang-sering-kawin-dengan-sesama-pejantan-peneliti-ungkap-alasannya