KOMPAS.com - Perasaan Candra Kusuma Sudirjat (34) dan Nova Andriani (32) sama seperti pasangan suami istri lain yang baru dikarunia momongan pertama. Kelahiran Reagan Markuangsa Sudirjat pada 15 Mei 2016 disambut penuh suka cita. Reagan menjadi karunia yang tak ternilai harganya.
Namun, kebahagiaan keduanya tiba-tiba berganti kepanikan karena Reagan yang terlahir dengan bobot tiga kilogram dan panjang 45 sentimeter menguning.
Mereka mencoba berbaik sangka dengan keadaan bayi mungil tersebut. Mungkin saja seperti bayi pada umumnya, kulit menguning Reagan bisa disembuhkan dengan berjemur.
“Anak kami usia satu bulan (kulitnya) jadi kuning. Saya pikir biasa. Tapi kok bertambah dengan mata keruh,” ujar Candra, ayah sang bocah, ditemui Kompas.com seusai temu media yang dihelat Rumah Sakt Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta, Senin (7/5/2018).
Keduanya akhirnya curiga dengan kondisi sang anak yang tidak kunjung membaik hingga usia tiga bulan. Apalagi, perut anaknya ikut membesar.
Berat badan anaknya pun hanya bertambah 500 gram dalam seminggu. Tidak ingin buah hati mereka terlambat ditangani, pasangan yang bertempat tinggal di Bekasi ini memeriksakan Reagan ke RSCM.
Dokter lantas mengambil tindakan biopsi, pengambilan jaringan hati yang selanjutnya diamati di atas mikroskop. Sebab Reagan sudah menunjukkan tanda-tanda tersumbatnya saluran empedu.
Benar saja, diagnosis dokter langsung mengarah ke penyakit atresia bilier. Fungsi saluran empedu Reagan diketahui terganggu.
Racun yang mestinya dikeluarkan bersama urin, justru berbalik menyerang hati. Akibatnya, pertumbuhan sang anak terganggu.
“Dokter menyarankan anak kami menjalani transplantasi hati,” ungkap pria yang bekerja sebagai pegawai swasta.
Mulanya, mereka belum bisa menerima kenyataan. Orangtua mana yang tidak teriris hatinya mendengar anak sekecil Reagan sudah harus menjalani tindakan operasi berat.
Setelah diskusi panjang, saran dokter langsung disanggupi keduanya. Kata Candra, mereka rela menukar apapun demi kebahagiaan anak mereka satu-satunya, termasuk nyawa sekalipun.
Skrining pun dilakukan terhadap resipien yakni Reagan dan pendonor (ayah dan ibunya). Ada serangkaian tahap yang mesti dijalani.
Skrining umum berupa pemeriksaan golongan darah, cek fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal serta organ-organ lain.
Selanjutnya masuk ke tahap skrining lanjut terhadap donor, yaitu CT Scan, MRI, dan biopsi hati.
Berat badan pendonor juga mesti standar, jangan kegemukan. Pasalnya, orang obesitas cenderung memiliki fatty liver, ada penumpukan sel lemak di dalam hati, sehingga hati yang nantinya ditransplantasikan justru rawan mengalami pengerasan atau sirosis.
Demikian, dijelaskan Dr. dr. Andri Saniyososo, SpPD, dokter spesialis bedah RSCM.
“Rupanya, fungsi hati istri saya yang lebih baik. Sehingga dia yang jadi donor,” ungkap Candra.
Nova terpilih lantaran memiliki hubungan darah dengan Reagan, kata Andri. Syarat tersebut mesti terpenuhi untuk menghindari kasus perdagangan organ tubuh ilegal. Perempuan tersebut juga terpilih lantaran berusia antara 18-60 tahun.
Ada sedikit pengecualian untuk kasus transplantasi hati ke Reagan. Golongan darah Nova 0 dan Reagan A. Mestinya keduanya harus punya golongan darah sama.
“Tapi karena anak saya masih berumur kurang dari dua tahun, kata dokter tidak apa-apa dilakukan cangkok hati,” imbuh Candra.
Tindakan operasi akhirnya berlangsung pada bulan Desember 2016, saat itu Reagan berumur sekitar tujuh bulan. Kondisi motoriknya terganggu, kata Candra, tidak bisa tengkurap karena terhalang perut yang terus membengkak.
Perasaan khawatir pasti menyelimuti Candra selama menunggui dua sosok terkasihnya. Bagaimana tidak, sang anak dan istri tengah berjuang menghadapi meja operasi, antara hidup dan mati.
Keduanya diantar ke ruang operasi pada pukul delapan pagi dan baru keluar pada pukul sembilan malam. Candra bahkan telah bersiap dengan berkantong-kantong darah. “Jaga-jaga kondisi pasien drop, karena banyak darah yang dikeluarkan,” ujarnya.
Pemulihan
Dua segmen dari delapan segmen hati milik Nova berhasil ditanam ke bagian hati Reagan yang rusak dan harus diangkat.
Nova menuturkan bahwa dia tidak merasakan perubahan berarti semenjak bagian kecil hatinya diambil demi sang buah hati. Sebab, kata dokter, hati punya kemampuan untuk berkembang menutupi kekosongan, tumbuh kembali.
Dia pun terhitung cepat dalam proses pemulihan dan hanya diinapkan di ICU selama semalam lalu dirawat di kamar biasa selama empat hari.
“Bahkan sudah bisa gendong Reagan kurang dari sebulan. Padahal, kata dokter harusnya lebih dari itu,” ujarnya.
Perempuan itu tidak memungkiri rasa sakit operasi melebihi operasi sesar yang pernah ia lakoni. Namun ia rela dan tidak mengeluh merasakan semua itu demi buah cinta satu-satunya.
“Untung dikasih anestesi berapa kali suntikan supaya meredam rasa sakit,” katanya sembari terkekeh.
Kini, Reagan masih harus menjalani kontrol rutin tiap sebulan sekali untuk memantau fungsi hatinya. Kata Candra, tahun pertama setelah operasi butuh pengawasan ketat.
“Fungsi hatinya sempat meninggi. Kondisinya berbahaya karena secara fisik enggak kelihatan,” beber Candra.
Untuk itu, mereka tak pernah sekalipun melewatkan kontrol rutin dan pemeriksaan laboratorium. Obat imunosupresan juga diberikan sesuai anjuran dokter, dua kali tiap pagi dan sore. Supaya tubuh tidak menolak hati sang ibu yang dipasang ke tubuh Reagan.
“Tapi Reagan jadi mudah infeksi karena daya tahan tubuhnya rendah sehingga kami harus pakaikan masker kalau main di luar,” kata Candra.
Biaya operasi Reagan memang ada yang ditanggung BPJS dan pihak rumah sakit, yakni untuk operasi transplan resipien, sehingga Nova dan Candra hanya perlu mengeluarkan dana total Rp 250 juta. Dana tersebut dipergunakan untuk kebutuhan pendonor, dari mulai skrining, operasi transplantasi, dan perawatan usai operasi.
Namun usaha Candra dan Nova berupa tenaga, kasih sayang, dan materi terbayar ketika menyaksikan putera mereka kini telah kembali ceria. Reagan telah bertumbuh menjadi anak yang energik berkat perjuangan kedua orangtuanya dan para tenaga medis.
“Paling sekarang hanya perlu membatasi makanan yang mengandung kalium seperti pisang. Sebab kadar kalium di livernya tercatat pernah tinggi,” pungkas Candra.
https://sains.kompas.com/read/2018/05/09/180500423/kisah-balita-reagan-orangtua-rela-donorkan-hati-demi-sang-buah-hati