Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sains Jelaskan Mengapa Kulit Terlalu Sensitif dan Mudah Gatal

Rasa gatal yang muncul karena rangsangan fisik atau mekanik seperti itu dalam dunia medis disebut alloknesis.

Kasus gatal mekanik ini pun membuat ahli medis dari Washington University School of Medicine, St Louis, tergerak untuk menggali lebih jauh apa yang membuat iritasi dan mengapa hal ini bertambah parah saat semakin tua bagi sebagian orang.

Lewat tikus, para pakar mengungkap alloknesis berkaitan dengan hilangnya reseptor sentuhan di kulit.

"Gatal yang muncul karena sentuhan umumnya dialami saat kita menua. Ini akan jadi masalah besar jika menimpa orang berkulit kering atau yang memiliki riwayat gatal kronis," kata ahli anestesi dan peneliti senior, Hongzhen Hu dilansir Science Alert, Jumat (4/5/2018).

Bagi orang yang memiliki masalah ini, terkadang mereka dapat merobek kulit karena garukan yang terlalu kuat.

Uji Coba Tikus Muda dan Tikus Tua

Dalam temuan yang terbit di jurnal Science, Jumat (4/5/2018), peneliti menggunakan tikus muda dan tua untuk membuktikan apakan faktor usia berperan penting terhadap munculnya alloknesis.

Caranya, mereka menggores kulit tikus dengan benang nilon. Rupanya, tikus tua langsung bereaksi mencakar kulitnya.

Sebagai perbandingan, para ilmuwan memberi perlakuan lebih keras seperti menggesekkan benang nilon lebih kuat, menempatkan tikus di suhu lebih panas, dan meneteskan histatin yang merangsang gatal ke kulit tikus. Hal tersebut menimbulkan respons yang sama terlepas dari usia tikus.

Kemudian para ahli melanjutkan eksperimen dengan meneteskan larutan aseton dan ester ke kulit tikus. Hal ini membuat kulit tikus menjadi kering yang membuat tikus ingin menggaruk. Cara ini menekankan hubungan antara alloknesis, hidrasi kulit, dan penuaan.

Dari percobaan yang dilakukan, peneliti mengungkap rasa gatal dipicu oleh tidak optimalnya kerja reseptor sentuh yang ada di bawah permukaan kulit, yakni sel Merkel.

Pada pemeriksaan lebih dekat, para peneliti menemukan jumlah sel Merkel menurun pada tikus yang lebih tua dan tikus dengan kulit kering.

"Saat jumlah sel Merkel turun, rasa gatal terkait sentuhan meningkat," ujar Hu.

Untuk memastikan rendahnya jumlah sel Merkel benar-benar berhubungan dengan gatal, tim merekayasa tikus tanpa sel Merkel. Hasilnya, tikus kembali menggaruk kulit tanpa henti.

Sebagai perbandingan, tim Hu juga merangsang sel Merkel pada kelompok tikus lain. Mereka menemukan, cara ini dapat mengurangi respon menggaruk. Hal ini menunjukkan sel Merkel berperan dalam menekan rasa gatal.

Protein kunci sel Merkel

Setelah ditelusuri, tim menemukan di dalam membran sel Merkel terdapat saluran protein kunci yang dapat menghambat rasa gatal yang disebut Piezo 2.

Salah satu fungsi sistem saraf adalah menentukan sentuhan mana yang harus direspons dan diabaikan, dalam hal ini lewat sentuhan. Menurut Hu, hal tersebut dilakukan oleh protein sel Merkel Piezo 2.

"Apa yang sebenarnya dilakukan oleh sel Merkel belum jelas, namun studi kami menunjukkan  mereka berperan mengendalikan rasa gatal. Jika Anda kehilangan sel ini, kemampuan untuk mengendalikan rasa gatal juga akan hilang," ujar Hu.

Hu berharap temuannya ini suatu saat dapat digunakan untuk terapi atau perawatan bagi mereka yang memiliki reseptor terlalu sedikit.

Sebelum hal itu terjadi, para ilmuwan harus memastikan bahwa model tikus dalam uji coba mereka mirip dengan manusia. Untuk itu, Hu dan timnya sudah mulai bergerak untuk mengumpulkan sampel kulit dari pasien yang didiagnosis dengan alloknesis.

https://sains.kompas.com/read/2018/05/09/102348223/sains-jelaskan-mengapa-kulit-terlalu-sensitif-dan-mudah-gatal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke