Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ahli: Olahraga Bisa Jadi "Pil Obat" Bagi Penderita Kanker

KOMPAS.com - Ketika Nicole Cooper, seorang warga Australia, didiagnosa menderita kanker usus stadium empat tahun lalu, dia mulai rajin pergi ke gym.

Di sela-sela kemoterapi dan operasi yang dijalaninya, wanita berusia 33 tahun itu mulai aktif berlari dan mengangkat beban.

"Menyadari bahwa saya mengendalikan sesuatu yang bisa saya tangani, membuatku bersemangat," ujarnya kepada ABC.

"Banyak hal yang tidak kita ketahui tentang kanker, namun hal itu jadi sesuatu yang saya kerjakan," tambahnya.

Nicole merupakan salah satu contoh tren baru dalam pengobatan kanker. Sejumlah dokter menyarankan penderita kanker untuk melakukan latihan olahraga di samping pengobatan yang mereka jalani.

Saat ini sejumlah pakar penyakit kanker Australia bahkan mengambil langkah lebih jauh. Mereka menyerukan agar latihan olahraga turut diresepkan sebagai bagian dari perawatan penderita kanker.

Pakar yang tergabung dalam Clinical Oncology Society of Australia (COSA) dalam laporan bertajuk Exercise in Cancer Care, meminta para dokter untuk meresepkan latihan tertentu serta merujuk pasien ke spesialis olahraga yang berpengalaman dalam perawatan kanker.

Pernyataan itu didukung puluhan organisasi kesehatan, termasuk Cancer Council dan Peter MacCallum Cancer Centre. Laporan COSA juga telah dipublikasikan dalam Medical Journal of Australia.

"Kita mencapai tahap dimana bukti-bukti sudah tak terbantahkan lagi. Menunda latihan olahraga bagi pasien mungkin justru berbahaya," kata Associate Professor Prue Cormie, penulis utama laporan COSA tersebut.

"Misalnya saja kita bisa mengubah manfaat berolahraga menjadi pil obat, maka pasti itu akan diminta pasien, pasti akan diresepkan oleh setiap spesialis kanker dan akan disubsidi oleh pemerintah," ujarnya.

"Hal ini akan dilihat sebagai terobosan utama dalam pengobatan kanker," tambah Prof Cormie.

Pernyataan COSA mengungkapkan kebanyakan penderita kanker tidak memenuhi latihan olahraga yang direkomendasikan. Lembaga ini menyarankan:

  • Latihan dengan intensitas moderat selama 150 menit atau latihan aerobik intensitas tinggi selama 75 menit setiap minggu (misalnya jalan, joging, bersepeda, berenang).
  • Latihan resistensi (angkat beban) dua hingga tiga kali setiap minggu mulai dari intensitas moderat hingga intensitas tinggi dengan menarget otot-otot utama.

Kepala medis Pusat Kanker Peter MacCallum, David Speakman, menilai pernyataan COSA sebagai langkah signifikan dalam pengobatan kanker.

"Pendapat bahwa kita harus melindungi pasien, membungkus mereka dengan kapas, itu sudah kuno dan tidak didukung oleh penelitian," katanya.

"Sikap kita dalam mengobati kanker haruslah diubah. Semua pasien kanker akan mendapatkan manfaat latihan olahraga," jelasnya.

Sementara itu Nicole Cooper mengatakan kini dia fokus latihan olahraga sama seperti kemoterapi yang dijalani. Dia bahkan sering langsung ke gym seusai jalani kemo.

Dia menyebut kedua hal ini "berpotensi menyelamatkan nyawa" dan sekarang kondisinya sudah mengalami kemajuan.

"Saya sudah melakukan yang terbaik di gym sejak didiagnosis menderita kanker," ujarnya.

"Kanker itu perjuangan hidup-mati. Begitu Anda kena, Anda seperti tak lepas darinya," kata Nicole.

"Anda harus mengatur hidup agar bisa hidup sebaik mungkin. Itulah yang saya jalani sekarang," tambahnya.

https://sains.kompas.com/read/2018/05/08/190700723/ahli--olahraga-bisa-jadi-pil-obat-bagi-penderita-kanker

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke