KOMPAS.com - Salah satu hal yang ingin dicapai banyak orag ketika melakukan hubungan seksual adalah orgasme. Sayangnya, tidak semua wanita yang berhubungan seksual bisa mencapai tingkatan tersebut.
Ini juga terjadi pada tiga orang wanita di Amerika Serikat. Ketiga wanita tersebut mengatakan bahwa mereka kehilangan kemampuan untuk orgasme melalui rangsangan vagina setelah melahirkan.
Hal ini mendasari mereka untuk melakukan operasi g-spot. Operasi yang dijuluki "G-spotplasty" ini ditujukkan untuk meningkatkan sensitivitas g-spot dan meningkatkan kepuasan seksual.
Prosedur ini mengencangkan jaringan di dinding vagina sekitar tempat yang disebut g-spot.
G-spot sendiri adalah area vagina yang dikenal bisa menghasilkan orgasme ketika intens dirangsang. Tapi beberapa ahli masih memperdebatkan apakah area ini benar-benar ada.
Di tengah kontroversinya, prosedur ini dilakukan oleh Adam Ostrzenski, seorang ahli bedah ginekologi di Florida. Ostrzenski mengaku bahwa dia telah mengidentifikasi g-spot sebagai kantong yang terdefinisi baik dalam dinding vagina depan.
Dengan kata lain, lokasi g-spot hanya beberapa sentimeter dari pembukaan vagina.
Untuk setiap wanita yang melakukan prosedur ini, Ostrzenski mengeluarkan potongan jaringan kecil berbentuk berlian dari lokasi g-spot. Selanjutnya, dia menjahit kembali dinding vagina untuk membuatnya mengencang.
Prosedur yang dilakukan pada 2013 ini menggunakan anestesi lokal dan obat penenang.
Tak hanya berhenti pada operasi saja, pengalaman ketiga wanita tersebut kemudian dicatat dalam kurun waktu tahun-tahun berikutnya.
Hasil pencatatan menyebutkan bahwa ketiga wanita itu mengatakan bahwa mereka mendapatkan kembali kemampuan orgasmenya tanpa rangsangan klitoris. Mereka juga bahkan melakukan hubungan seksual lebih sering.
Memicu Perdebatan
Sayangnya, tidak ada plasebo dalam penelitian ini untuk membuktikan apakah itu benar-benar efek perbaikan pasca-operasi.
Devan Stahl, asisten profesor yang berfokus pada kode etik klinis di Michigan State University, mengungkapkan pendapatnya terkait hal ini. Menurutnya, masih ada perdebatan besar mengenai g-spot.
"Ada peneliti yang berpikir itu sama sekali tidak ada, orang lain berpikir bahwa itu mungkin ada tetapi tidak setiap wanita memilikinya," ungkap Stahl dikutip dari New Scientist, Rabu (25/04/2018).
"Dan masih ada yang berpikir bahwa itu bukan suatu 'tempat' atau struktur anatomi, melainkan sebuah struktur anatomi yang sangat kompleks dan bervariasi," imbuhnya.
Pada penelitian di tahun 2012, Ozstrenski menggambarkan g-spot dalam mayat seorang wanita berusia 83 tahun. Sayangnya, beberapa penelitian lain gagal menghasilkan bukti konklusif bahwa lokasi tersebut benar-benar ada.
Prosedur Jutaan Dollar
Operasi Ozstrenski bukan satu-satunya terapi amplifikasi g-spot yang ada. Sejak beberapa tahun belakangan, prosedur untuk hal ini tersedia banyak.
Salah satunya adalag g-shot, yaitu menyuntikan kolagen ke dalam vagina. Prosedur ini dimaksudkan untuk meningkatkan sensasi ke area tertentu.
"Terapi g-spot telah menjadi bisnis jutaan dollar, menjanjikan untuk meningkatkan kepuasan seksual bagi wanita, dengan hampir tidak ada bukti bahwa terapi ini bekerja di luar efek plasebo," ujar Stahl.
Stahl juga menjelaskan, bagi wanita yang frustasi secara seksual, prosedur-prosedur ini memperkuat pesan bahwa mereka memiliki masalah. Masalah tersebut adalah tubuh mereka sendiri.
"Apa yang sebenarnya secara statistik normal, yaitu kesulitan mencapai orgasme melalui hubungan seks vagina penetratif, dianggap patologis," kata Stahl.
Untuk itu, Stahl mengingatkan kepada wanita bahwa mereka seharusnya skeptis terhadap prosedur yang menargetkan g-spot. Itu karena bisa jadi prosedur-prosedur tersebut membahayakan kesehatan para wanita yang mengejar kesenangan seksual.
Meski begitu, pendapat berbeda diungkapkan oleh Douglas McGeorge. Mantan presiden Asosiasi Dokter Bedah Estetika Inggris ini mengatakan, banyak dokter melakukan prosedur vagina dengan masalah yang minimal.
"Banyak wanita mendapatkan pengalaman menyenangkan sebagai hasil dari merangsang suatu area. Beberapa orang menyebutnya g-spot," ujar McGeorge.
"Jika mereka tiba-tiba tidak mencapai kepuasan yang sama dan merasa itu adalah masalah, maka prosedur kecil seperti ini dapat membantu mereka. Itu harusnya menjadi hal yang baik," tutupnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/29/203300623/sulit-orgasme-3-wanita-lakukan-operasi-g-spot