KOMPAS.com - Kondisi kesehatan Inuka, beruang kutub pertama yang lahir di daerah tropis, semakin memburuk. Hal ini membuat tim medis Wildlife Reserves Singapore (WRS) terpaksa melakukan eutanasia pada Rabu pagi (25/4/2018).
Beruang kutub Inuka harus "ditidurkan selamanya" karena penyakit arthritis yang mengerogoti tubuhnya tak kunjung sembuh. Wakil CEO dan Kepala Life Sciences di WRS, Dr. Cheng Wen-Haur, berkata, eutanasia pada Inuka dilakukan pada pukul 7 pagi waktu setempat.
Keputusan ini tentu bukan hal yang mudah. Tapi, menurut Wen-Haur, perawatan yang dijalani hanya akan memperpanjang penderitaan Inuka dan memberikan tekanan baginya.
“Berdasar hasil pemeriksaan medis hari ini, luka terbuka di kaki dan perutnya belum membaik secara signifikan meskipun sudah dilakukan pengobatan tambahan selama tiga minggu terakhir," ungkap pihak WRS dalam pernyataan resmi mereka dikutip dari Channel News Asia, Rabu (25/4/2018).
"Luka-luka tersebut cukup dalam dan hanya akan menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada Inuka, dan kondisinya semakin parah ketika arthritisnya memburuk," imbuh pihak WRS.
Sebelumnya, tim dokter sudah berupaya keras melakukan perawatan dan memberi pengobatan kepada Inuka. Sayangnya, tidak terjadi kondisi yang diharapkan.
"Dokter berharap perawatan yang dilakukan sejak pemeriksaan terakhir akan menghasilkan peningkatan yang lebih baik, dan karena itu tidak terjadi, artinya kondisi kesehatan dan kesejahteraan Inuka terganggu dan perlu aksi nyata agar tidak memperpanjang penderitaan Inuka," ujar pihak WRS.
Mr Mohan Ponichamy, pengasuh utama Inuka, mengatakan bahwa sepanjang malam para penjaga menemani Inuka dan memastikannya nyaman.
"Dalam persiapan anestesi, dia perlu diisolasi. Kami menghabiskan hampir sepanjang hari bersamanya (untuk) memastikan dia tenang. Kami memberinya makan dengan air. Dia responsif dan masih bisa mengikuti sinyal," kata Mohan.
Pihak WRS berencana menggelar acara penghormatan khusus pada hari Kamis (26/4/2018). Selain itu, pihak WRS juga akan melakukan autopsi untuk memahami kondisi Inuka sepenuhnya.
Pihak kebun binatang juga berencana mengawetkan bagian-bagian tubuh Inuka agar dapat menjadi bahan pembelajaran di dunia pendidikan.
Inuka mati pada usia 27 tahun dan usia ini melebihi perkiraan awal harapan hidup seekor beruang kutub. Di alam liar, beruang kutub rata-rata usianya sekitar 15-18 tahun, dan di penangkaran rata-rata mencapai 25 tahun.
"Di alam liar ketika hewan yang mati secara alami, itu bisa panjang dan berlarut-larut. Bisa jadi hewan itu telah tua atau mereka... mungkin tidak secepat atau sesehat dulu. Jika Anda seekor binatang yang harus memburu hewan lain untuk bertahan hidup (dan) Anda tidak bisa melakukan itu lagi, Anda bisa kelaparan, mungkin bisa bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum mati, "kata Dr Cheng.
"Untuk hewan di bawah perawatan, kami tidak akan pernah membiarkan itu terjadi. Kami akan selalu merawat mereka. Jadi itu berarti bahwa kami benar-benar akan mencoba untuk mengobati kondisi selama jangka waktu tertentu," imbuhnya.
Perawatan yang dilakukan mungkin bisa terjadi dalam jangka waktu mingguan, bulanan, hingga tahunan. Selama itu, para penjaga akan mengamati kualitas hidup hewan yang dirawat.
"Kami memiliki banyak indikator yang memungkinkan kami untuk menilai apakah ia memiliki kehidupan yang baik. Ketika kami melihat semua indikator, yang besar adalah indikator kesehatan, bisakah kita merawat sakit atau luka pada hewan tersebut?" ujar Dr Cheng.
"Kami bisa, tetapi pada akhirnya itu hanya akan menjadi perawatan itu sendiri akan menyebabkan dia lebih stres dan lebih tidak nyaman. Itu tidak selalu memungkinkan dia untuk sembuh kembali dan pasti akan memperpanjang penderitaannya secara tidak perlu," tambahnya.
Tampaknya, Inuka akan menjadi beruang kutub terakhir yang menjadi koleksi di kebun binatang. Sejak 2006 pihak kebun binatang memutuskan untuk fokus menampilkan satwa liar dan spesies asli dari Asia Tenggara yang terancam.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/25/173500623/beruang-kutub-pertama-yang-lahir-di-area-tropis-disuntik-mati-hari-ini