KOMPAS.com - Radioterapi adalah salah satu bentuk perawatan yang sering diberikan pada pasien kanker. Hanya saja, perawatan ini punya efek samping kurang menyenangkan, yaitu mulai dari masalah kulit kering, gatal, mengelupas, atau pasien mengalami kelelahan yang cukup hebat.
Namun, kini para ilmuwan menemukan cara penggunaan radioterapi yang relatif lebih aman dan efektif bagi para penderita kanker prostat.
Radioterapi ultrahypofractionated pada penderita kanker prostat dianggap lebih efekif, murah dan efisien dibandingkan dengan radioterapi pada umumnya. Temuan tersebut dipresentasikan dalam konferensi ilmiah ESTRO 37 pada hari Senin (23/4/2018).
Anders Widmark, konsultan senior di Fakultas Ilmu Radiasi dan Pusat Kanker di Universitas Umeå, Swedia, menjelaskan, radioterapi ultrahypofractionated adalah perawatan pasien kanker prostat dengan menggunakan radioterapi dosis tinggi dalam waktu singkat.
Metode ini hanya butuh waktu perawatan setiap dua hari selama dua setengah minggu di rumah sakit. Ini berbeda dengan perawatan radioterapi pada umumnya, yang harus dilakukan setiap minggu selama delapan minggu.
Perawatan ini juga tidak menggunakan seluruh peralatan radioterapi pada umumnya. Sehingga, pasien bisa menghemat biaya dan tidak terlalu lama dalam daftar tunggu untuk perawatan.
"Kita sudah mengetahui bahwa radioterapi dapat menghancurkan sel-sel kanker di prostat dan memiliki keunggulan dibandingkan dengan operasi atau terapi hormon, karena sedikit kemungkinannya menyebabkan impotensi atau inkontinensia. Akan tetapi, radioterapi memerlukan peralatan khusus yang mahal dan pasien harus mengantri lama," jelas Widmark dikutip dari Eurekalert, Senin (23/04/2018).
"(Sedangkan) radioterapi ultrahypofractionated dengan menawarkan sejumlah manfaat praktis untuk pasien serta penghematan waktu dan biaya untuk rumah sakit. Jadi, kami ingin menguji apakah perawatan ini dapat menjadi radioterapi yang standar," tambahnya.
Untuk mendapat temuan ini, Widmark mengamati 1.200 pasien yang dirawat di sepuluh rumah sakit di Swedia dan dua di Denmark selama bulan Juli 2005 hingga November 2015.
Semua pasien telah didiagnosis mengidap kanker stadium sedang atau berisiko tinggi. Itu artinya, kanker pada pasien bisa menyebar apabila tidak segera mendapat perawatan.
Selain itu, sebagai catatan, seluruh pasien tidak mendapat pengobatan untuk memblokir hormon testosteron yang dapat merangsang pertumbuhan tumor prostat.
Separuh dari peserta menjalani 39 perawatan dengan metode radioterapi standar. Masing-masing diberi dosis radiasi standar, yaitu dua Gray (Gy) dan dilakukan merata selama delapan minggu, sehingga total mendapat 78 Gy.
Sedang, peserta lainnya melakukan radioterapi ultrasypofractionated dengan tujuh perawatan radiasi dosis tinggi dengan dosis 6,1 Gy setiap dua hari sekali selama dua setengah minggu, sehingga total mendapat 42,7 Gy.
Setelah itu, selama lima tahun pasien dipantau. Tujuannya adalah mengetahui apakah kanker kambuh atau tidak dan efek samping apa yang muncul pada pasien.
Untuk itu, para ahli memantaunya dengan melihat tingkat antigen spesifik prostat (PSA).
Setelah lima tahun, para peneliti mendapati sekitar 83,8 persen pasien yang diobati dengan radioterapi standar tidak memiliki tanda-tanda kanker mereka kambuh. Tapi, pasien yang menjalani radioterapi ultrahypofractionated memiliki persentase tidak kambuh sebesar 83,7 persen.
Memang persentase ultrahypofractionated lebih buruk, tapi efek samping jangka panjangnya ternyata sama dengan pasien yang menjalani radioterapi terapi standar.
"Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk meningkatkan dosis obat pada pasien selama empat hingga lima minggu bahkan lebih. Sekarang temuan kami menunjukkan bahwa kami bisa memadatkan terapi lebih lanjut dan menaikkan dosis obat pada setiap kunjungan ke dokter rumah sakit, sehingga bisa dilakukan hanya dalam jangka waktu dua setengah minggu," katanya.
Widmark berkata, percobaan ini adalah yang pertama kali dilakukan terhadap pasien dengan jumlah yang banyak. Tapi hasilnya menunjukkan bahwa radioterapi ultrahypofractionated sama efektifnya dengan radioterapi standar untuk menghentikan kanker prostat kambuh lagi.
"(Namun) yang terpenting dari penelitian ini adalah pasien yang dirawat dengan cara terbaru tidak menderita lagi efek samping dibanding dengan mereka yang diobati dengan radioterapi konvensional," tambahnya.
Profesor Yolande Lievens, Presiden ESTRO dan kepala departemen onkologi radiasi di Ghent University Hospital, Belgia mengungkapkan apresiasinya pada temuan ini. Lievens berkata, dengan kemajuan radioterapi para ahli mampu menemukan dan menargetkan tumor serta meminimalkan kerusakan jaringan organ di sekitarnya.
"Pada kanker prostat, kaum lelaki dapat mempertahankan fungsi kadung kemih dan seksual. Bagi kami ini berarti bisa mempertimbangkan memberikan dosis lebih tinggi dalam waktu singkat, seperti dalam penelitian ini," kata Lievens.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/25/123000923/para-ahli-kembangkan-perawatan-radioterapi-baru-untuk-kanker-prostat