KOMPAS.com - Selain kanker hati, kanker serviks merupakan satu-satunya jenis kanker yang bisa dicegah menggunakan vaksin.
Sebab, pemicu kanker ini bukanlah faktor genetik ataupun gaya hidup yang tidak sehat, melainkan karena virus Human Papiloma Virus tipe 16 dan 18.
Sayangnya, menurut dokter spesialis penyakit dalam In Harmony Clinic, Kristoforus Hendra Djaya, kesadaran untuk vaksinasi masih kurang.
Padahal, kesuksesan vaksin tersebut untuk menangkal kanker serviks mencapai 90 sampai 99 persen.
"Masyarakat masih menganggap vaksin bikin mandul, osteoporosis, dan malah jadi penyakit lain," ungkap Kristo ditemui dalam Forum Ngobras bertajuk "Ayo Vaksin HPV".
Kristo menjelaskan, vaksin HPV telah dibuat semirip mungkin dengan virus, tetapi tidak memiliki DNA yang bisa mereplikasi diri, hanya selubung kulit yang kosong. Oleh karena itu, vaksin tersebut tidak akan mengubah sel di serviks menjadi sel ganas.
Vaksin benar-benar hanya menangkap sel kanker yang akan masuk ke serviks, tegas Kristo.
Dengan demikian, tidak akan ada efek samping seperti yang dikhawatirkan oleh masyarakat selama ini. Apalagi selama ini belum ada penelitian ilmiah yang menghubungkan vaksin dengan kemandulan, osteoporosis, atau pun dampak lain yang ditakutkan.
Vaksin memang bisa menyebabkan respons dari tubuh, seperti pegal, demam, badan panas, dan pusing. Namun, itu semua hanya gejala sampingan yang masih pada tahap ringan, dan bisa hilang dengan sendirinya dalam waktu dua hari. Apabila setelah dua hari Anda masih panas, parasetamol bisa dipakai untuk meringankan.
"Justru kalau timbul efek ringan itu, tandanya vaksin sukses di tubuh. Tubuh menunjukkan reaksi bikin antibodi," tandas Kristo.
Pasalnya, jika sudah ada sel kanker yang telanjur menyerang serviks, darah tidak akan mampu mengenalinya. Sebab, sel ganas tersebut tidak mengenai pembuluh darah, hanya pada lapisan kulit epitel di serviks. "Akibatnya darah tidak akan membentuk sistem imun alami," ujar Kristo.
Oleh karena itu, vaksin HPV harus diberikan sedini mungkin, bahkan saat anak berusia sembilan tahun. Semakin cepat diberikan, risiko kanker serviks semakin bisa ditekan, kata Kristo
https://sains.kompas.com/read/2018/04/20/080700923/vaksin-hpv-bikin-mandul-dokter-tegaskan-itu-hoaks