Padahal, notifikasi yang muncul tidak hanya satu dua. Tapi ada puluhan atau mungkin ratusan, jika semua notifikasi dinyalakan.
Tak ingin terganggu karena hal tersebut, banyak dari kita yang memilih mematikan notifikasi.
Terkait masalah yang kerap kita alami itu, ilmuwan dari Duke University Center for Advanced Hindsight ingin menemukan solusi yang lebih baik dibanding mematikan notifikasi.
Penelitian yang bekerjasama dengan Synapse startup itu dipaparkan dalam konferensi American Psychological Association baru-baru ini oleh ilmuwan senior, Nick Fitz.
Salah satu poin yang disampaikan Fitz adalah, kita tidak akan merasa terganggu bila mengubah pengaturan notifikasi yang masuk ke layar smartphone hanya tiga kali dalam sehari.
Cara ini disebut daopat membuat orang jauh lebih bahagia, tidak merasa stres, lebih produktif, dan lebih memegang kendali.
Metode ini berfungsi lebih baik daripada saat mendapat setumpuk notifikasi dalam jumlah banyak sekaligus atau mematikan notifikasi karena menyebabkan penasaran apakah ada pemberitahuan harus melakukan sesuatu yang penting.
"Mematikan notifikasi tidak bear-benar ampun melawan stres. Kita bisa mencoba cara yang lebih pintar," kata Fitz dalam wawancara lanjutan setelah konferensi, dilansir Business Insider, Senin (16/4/2018).
Penelitian
Dalam penelitian Fitz dan koleganya, menemukan bahwa rata-rata setiap orang memiliki 65 sampai 80 notifikasi setiap harinya.
Selama dua minggu, Fitz memiliki responden penelitian yang dibagi menjadi empat tim.
Pertama adalah kelompok kontrol, yakni mereka yang memeriksa notifikasi atau telepon secara normal. Kedua, adalah kelompok yang menerima notifikasi dalam satu jam sekali.
Ketiga, kelompok yang mendapat notifikasi tiga kali dalam satu hari, yakni jam 9 pagi, 3 sore, dan 9 malam. Terakhir, kelompok yang sama sekali tidak mendapat notifikasi.
Hasil pengamatan menunjukkan orang yang sama sekali tidak mendapat notifikasi tetap akan memeriksa ponsel secara normal.
Hal yang sama pun terjadi pada kelompok kontrol dan kelompok yang menerima notifikasi satu jam sekali. Mereka merasa stres, tidak bahagia, terganggu, dan tidak produktif.
"Dalam kelompok yang mematikan notifikasi, responden cenderung memiliki kekhawatiran melewatkan sesuatu yang penting," ujar Fitz.
Namun, kelompok ketiga justru merasa lebih bahagia, produktif, positif, dan dapat mengendalikan diri.
Membangun sistem yang lebih baik
Menurut Fitz, sistem yang ideal akan sadar konteks. Maksudnya, ia dapat mengenali waktu terbaik bagi seseorang untuk mendapatkan notifikasi dan jika memungkinkan dapat menerima notifikasi tertentu yang sangat penting.
"Interupsi pada umumnya tidak bagus, tetapi lebih baik jika hal itu muncul di waktu yang tepat," ujarnya.
Menurutnya, waktu terbaik untuk mendapat notifikasi adalah saat berangkat kerja, jam makan siang, dan saat pulang ke rumah di malam hari.
Dengan cara ini, walaupun notifikasi membuat stres namun hal tersebut dapat dikendalikan jika kita memiliki beberapa elemen kontrol.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/17/170000723/peneliti-temukan-cara-ampuh-hindari-stres-karena-notifikasi-smartphone