Pasalnya, temuan peneliti Universitas California di Los Angeles menyatakan, kebiasaan sedenter (duduk berlama-lama) punya pengaruh buruk bagi fungsi otak orang dewasa yang berkaitan dengan memori.
Riset dipublikasikan di jurnal PLOS One pada Kamis (12/4/2018).
Para peneliti meminta 35 orang dengan rentang usia 45-75 tahun menjawab pertanyaan seputar gerak fisik harian dan total waktu yang dihabiskan untuk duduk pada pekan sebelum diwawancara.
Lalu, peneliti memindai aktivitas otak menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Dari situ terbaca gambaran bagian otak peserta yang menyangkut memori, lobus temporal media.
Diberitakan Live Science pada Sabtu (14/4/2018) menurut peneliti, orang yang berlama-lama duduk antara 3-7 jam tiap harinya cenderung memiliki wilayah lobus temporal medial yang kian menipis.
"Perilaku sedenter adalah mempengaruhi penipisan lobus temporal medial. Bahkan aktivitas fisik tingkat tinggi tidak cukup mengimbangi efek bahaya dari duduk dalam waktu lama," ucap peneliti.
Penelitian ini sekaligus melengkapi studi sebelumnya. Perilaku sedenter tidak hanya berisiko penyakit jantung, diabetes, dan kematian dini bagi para dewasa paruh baya atau lansia, tapi juga memperbesar peluang terserang dimensia atau pikun.
Sejumlah peneliti berkata bahwa penelitian ini menjadi harapan baru bagi para penderita demensia Alzheimer. Ke depannya, para pasien bisa disarankan untuk membatasi aktivitas duduk supaya kesehatan otak tetap terjaga.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/17/130305823/duduk-terlalu-lama-berpengaruh-buruk-bagi-otak-studi-mengungkap