KOMPAS.com - Sampah plastik saat ini telah menjadi masalah yang belum terpecahkan. Salah satu alasannya adalah plastik tidak mudah diurai.
Akibatnya, sampah plastik menggunung begitu saja. Banyak orang mencoba mendaur ulang sampah-sampah plastik tersebut.
Sayangnya, jumlah sampah plastik terus saja bertambah. Sehingga pemecahan yang lebih cepat sangat diperlukan.
Inilah yang coba dilakukan oleh para ahli dunia. Mereka membuat enzim yang bisa "memakan" plastik dan mengatasi polusi dunia.
Substansi ini didasarkan pada enzim "katalis biologis". Enzim ini pertama kali diproduksi oleh bakteri yang hidup di pusat daur ulang Jepang.
Karena kemampuannya memecah plastik PET yang biasa digunakan untuk botol minuman kemasan maka ia diberi nama PETase. Enzim PETase mampu mempercepat proses degradasi yang biasanya butuh waktu ratusan tahun.
Setelan alami dari enzim ini memungkinkan para peneliti menghasilkan sesuatu yang bisa memcerna plastik lebih efektif daripada yang ditemukan di alam.
Dengan kata lain, para ilmuwan bisa membuat zat baru yang lebih kuat terinspirasi dari enzim ini. Harapannya, zat baru tersebut bisa membantu kita mendaur ulang jutaan tol botol plastik.
Kebetulan
Sebenarnya, penemuan zat baru ini bisa terbilang tak sengaja. Zat tersebut terbentuk ketika Profesor John McGeehan, ahli biologi dari University of Portsmouth mencoba memverifikasi bakteri dari Jepang yang ditemukan sebelumnya.
"Kebetulan sering memainkan peran penting dalam penelitian ilmiah fundamental dan penemuan kami di sini tak terkecuali," ungkap Profesor McGeehan dikutip dari The Independent, Senin (16/04/2018).
Mulanya para peneliti menyelidiki struktur enzim dari Jepang. Para ilmuwan kemudian membuat sedikit perubahan pada bagian yang dianggap terlibat dengan pencernaan plastik.
Mereka melakukan itu untuk mencoba meningkatkan kemampuan enzim untuk mendegradasi PET. Selain itu, tujuan mereka adalah agar enzim ini punya kemampuan untuk menurunkan bentuk alternatif PET yaitu PEF.
"Meskipun peningkatannya sederhana, penemuan tak terduga ini menunjukkan bahwa ada ruang untuk lebih meningkatkan enzim-enzim ini, menggerakkan kita lebih dekat ke solusi daur ulang untuk gunungan sampah plastik yang terus tumbuh," ujarnya.
"Kemampuan melihat kerja bagian dalam dari katalis biologis ini memberi kita cetak biru untuk membuat enzim yang lebih cepat dan efisien," tambahnya.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences ini menyebut, enzim tersebut bisa memecah potongan plastik besar menjadi lebih kecil.
Peran Sains
Hal ini tidak serta merta berguna, apalagi pada kenyataannya mikroplastik bisa menyebabkan kerusakan pada lingkungan laut. Meski begitu, para ilmuwan menyarankan metode ini bisa digunakan untuk membuat daur ulang plastik jauh lebih efektif.
"Ini adalah teknologi yang berpotensi sangat berguna untuk mendukung pemulihan dan daur ulang plastik," kata Profesor Nilay Shah, seorang ahli teknik kimia di Imperial College London yang tak terlibat penelitian ini.
"Ini harus memungkinkan dekonstruksi PET secara selektif ke dalam komponen penyusunnnya dan oleh karena itu mengarah pada pendekatan lain yang lebih tinggi untuk daur ulang bahan semacam ini di mana cara mekanis tidak mungkin dilakukan. Dalam kasus seperti itu, pendekatan saat ini melibatkan metode yang kurang canggih seperti insinerasi," sambungnya.
Tak hanya profesor Shah, penemuan ini juga disambut antusias oleh ilmuwan lain. Tapi, mereka juga memperingatkan bahwa akan ada jalan panjang sebelum enzim ini bisa diterapkan sacara luas dalam industri daur ulang.
"Plastik dan polimer yang berasal dari minyak tahan terhadap degradasi dan akumulasi di lingkungan merupakan masalah yang mengerikan," ujar Profesor Douglas Kell, ilmuwan bioanalitik di University of Manchester.
"Evolusi enzim untuk mendegradasi plastik semacam itu adalah prioritas utama," imbuhnya.
Pendapat lain juga diungkaplan oleh Dr Oliver Jones, seorang ahli kimia analitik di salah satu universitas di Melbourne.
"Meski masih ada cara untuk daur ulang sejumlah besar plastik dengan enzim, dan mengurangi jumlah produksi plastik, mungkin lebih disukai. Ini tentu merupakan langkah awal ke arah yang positif dan sangat menarik untuk sains," ujarnya.
Beberapa waktu terakhir, kesadaran terhadap polusi plastik mulai banyak ditemui. Banyak masyarakat yang berusaha mengurangi sampah plastik.
Namun, Profesor Mc Geehan menyebut bahwa sains harus memainkan peran besar untuk menghadapi masalah polusi plastik.
"Kita semua bisa memainkan bagian penting dalam menangani masalah plastik, tapi komunitas ilmiah yang akhirnya menciptakan 'bahan ajaib' ini, sekarang harus menggunakan semua teknologi yang mereka miliki untuk mengembangkan solusi nyata," tandasnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/17/103400723/ilmuwan-tak-sengaja-ciptakan-enzim-pemakan-plastik