KOMPAS.com - Astronot Scott Kelly menuliskan pesannya terhadap para orangtua yang khawatir karena anak mereka yang tidak menyukai sains.
Menurut Kelly, kecintaan terhadap sains bisa ditumbuhkan, bukan datang dari bawaan genetik. Selain itu, sains tidak sesulit yang dibayangkan masyarakat umum.
Kelly telah membuktikan itu. Banyak orang mengira bahwa Kelly adalah seorang yang jenius sehingga bisa berkiprah di bidang sains. Namun, anggapan ini dibantah oleh Kelly, seorang insinyur, mantap kapten Angkatan Laut, pensiunan astronot, dan mantan pilot pesawat tempur militer.
Rupanya, dia juga seperti kebanyakan anak-anak lain dan tidak terlalu menyukai sains saat kecil. Di sekolah, waktu Kelly dihabiskan untuk melamun dan menatap ke luar jendela. Dia bahkan sempat pesimis bisa meraih cita-cita dambaannya.
“Semasa anak-anak, saya jengah dan tidak tertarik dengan sains. Bahkan, nilai saya buruk dan hampir tidak lulus sekolah menengah,” beber Kelly seperti dilansir dari Time pada Selasa (10/4/2018).
Kelly mulai menyukai sains saat duduk di bangku kuliah. Dia pun terus belajar menumbuhkan minat terhadap sains agar bisa lulus dan menggondol gelar insinyur. Gelar ini pulalah yang mengantarkannya menjadi pilot dan astronot.
Menurut dia, sains bukan hanya milik para jenius, dan kunci untuk berkutat pada bidang sains hanyalah rasa ingin tahu dan kesediaan, serta ketekunan untuk terjun di sana
Pemahaman seperti itu datang secara tidak sengaja setelah dia membaca buku berjudul The Right Stuff. Buku yang menceritakan kehidupan orang Amerika pertama yang menjelajahi ruang angkasa, Tom Wolfe, tersebut menginspirasinya untuk bergegas menjadi pilot bahkan astronot.
Cita-cita itulah yang membuatnya giat belajar di bidang matematika sains. Kelly menantang dirinya, sejauh mana dia bisa menyelesaikan soal sains dan matematika yang diberikan gurunya. Ternyata, dia melampaui pikirannya. Nilai A dia peroleh, sesuatu yang membuat Kelly sendiri sempat kaget.
Tepis Anggapan
Kelly berpesan supaya para orangtua tidak mencap anaknya tidak layak berkarir di bidang sains. Pemikiran seperti “Saya bukan orang matematika”, “Otak saya tidak berpikir seperti pandangan sains”, dan lain sebagainya mesti ditepis. Bayang-bayang macam itu justru makin menambah beban dan ketakutan bahwa sains itu menyeramkan.
Jika kita belum menampakkan ketertarikan terhadap sains, bukan berarti kita bodoh. Bisa saja memang cara pengajarannya yang salah, tidak sesuai dengan tipe belajar kita, kata Kelly.
Menurut Kelly, memupuk kecintaan anak terhadap sains bisa dengan cara mengajak mereka ke museum sains, museum teknik, dan pameran sains. Cara ini disebut bisa melatih anak mendalami sains dengan mudah. Orangtua mesti peka jika anak telah menunjukkan sebuah ketertarikan terhadap sains meskipun masih minim.
“Mereka akan senang dan belajar bahwa sains dan teknik adalah tentang hal-hal yang membuat hidup lebih baik,” imbuhnya.
“Jika kamu seorang murid lalu ada yang bilang tentang “Orang sains” atau “Kamu bukan dari keluarga sains”, mending cuek saja,” pinta Kelly.
Lebih baik, cari metode lain untuk memahami sains dengan cara yang memang disukai, misalnya menonton film, bermain video game, mengunjungi langsung alam dan ekosistem makhluk hidup, dan lain sebagainya. Dari sini nanti juga akan terlihat bidang sains mana yang cocok dengan Anda.
“Ngobrol dengan para ahli seperti profesor atau mendengar kisah mereka juga bisa untuk dapatkan inspirasi dan bimbingan,” ujar Kelly.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/12/130700223/pesan-dari-astronot-kelly-jatuh-cinta-pada-sains-bisa-diciptakan-