Hal ini pula yang membedakan manusia dengan hewan. Wajah kita sangat mudah dihiasi jerawat, namun tidak dengan hewan.
Jerawat yang secara ilmiah dikenal sebagai Acne vulgaris, sebenarnya muncul ketika folikel rambut tersumbat oleh minyak kulit dan sel kulit mati.
Benjolan merah yang meradang disebabkan oleh iritasi sebagai respon terhadap Propionibacterium acnes, bakteri penyebab jerawat yang tinggal di kulit tiap orang.
Dilansir IFL Science, Sabtu (7/4/2018), sebenarnya kebersihan hanya menyumbang sedikit faktor terkait munculnya jerawat. Justru, faktor diet dan genetika yang banyak berperan menimbulkan jerawat.
Jerawat yang umumnya muncul saat masa pubertas, timbul karena perubahan hormon yang mengakibatkan kelenjar sebasea pada kulit mengeluarkan lebih banyak sekresi berminyak yang dikenal dengan istilah sebum.
Sebagian besar mamalia menghasilkan sebum untuk melumasi dan melembabkan kulit dengan menciptakan lapisan lilin. Cara ini juga digunakan kulit sebagai penghalang kuman agar tidak menembus kulit.
Menurut ahli teori evolusi Stephen Kellet dan Paul Gilbert, evolusi pada manusia telah menghilangkan banyak sekali rambut pada manusia. Meski demikian, kelenjar sebaceous tetap memompa sedikit sebum di kulit kita.
Menurut mereka, sedikit rambut di kulit manusia akan membuat sebum menumpuk dan mengakibatkan pori-pori lebih mudah tersumbat.
Hal ini sebenarnya juga dialami oleh anjing atau kucing yang berambut pendek. Contohnya kucing persia yang sangat rentan mengalami jerawat kucing di sekitar wajah dan dagu. Kedua area itu memang memiliki rambut jauh lebih pendek dari area tubuh lainnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/08/170200423/kenapa-manusia-bisa-berjerawat-sedang-hewan-tidak-sains-jelaskan