KOMPAS.com - Melihat adanya cacing di antara makanan yang tersaji di piring tentu bukan pemandangan yang menyenangkan.
Inilah kiranya yang kita rasakan pada beberapa video tentang ikan makarel kalengan bercacing beberapa waktu belakangan. Akibatnya, banyak masyarakat yang menghindari pengolahan ikan makarel kalengan ini.
Meski bikin terlihat menjijikan, ternyata, cacing pada ikan makarel bukanlah hal yang mengagetkan. Hal ini disampaikan oleh peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Fahmi yang dihubungi Kompas.com pada Jumat (30/03/2018).
Hal ini menunjukkan bahwa cacing pada ikan adalah sesuatu yang sering ditemui.
Dilansir dalam laman resmi Badan Pangan Dunia (FAO), cacing yang sering dijumpai pada ikan adalah nematoda atau cacing gelang.
Salah satu jenis cacing gelang yang ditemui di berbagai belahan dunia adalah Anisakis simplex. Cacing ini sering ditemukan pada ikan harring, makarel, dan kapur siri biru.
Anisakis simplex bisa tumbuh hingga 2 sentimeter dalam ikan. Cacing ini hampir tidak berwarna, dan melingkar rapat terbungkus dalam usus atau daging ikan.
Cacing ini biasanya dalam jumlah besar ditemukan di rongga perut ikan. Meski begitu, setelah ditangkap, Anisakis bisa bermigrasi dari usus ke daging ikan.
Siklus Hidupnya
Jika merujuk pada pernyataan Fahmi, infeksi cacing pada ikan adalah hal biasa. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seekor ikan bisa terinfeksi cacing?
Riwayat hidup nematoda cukup kompleks. Cacing dewasa biasanya hidup di perut mamalia laut.
Cacing Anisakis dewasa biasanya tinggal pada perut lumba-lumba dan paus. Mereka tinggal dan bertelur di sana.
Telur-telur cacing tersebut kemudian keluar melalui kotorana atau sekresi mamalia. Selanjutnya, telur ini menetas dan menjadi larva mikroskopis (hanya bisa dilihat dengan bantuan mikroskop).
Larva cacing ini harus mencari inang baru untuk tetap bertahan hidup. Biasanya mereka mencari inang dengan cara menjadi makanan udang- udah kecil.
Padahal, udang-udang kecil inilah makanan favorit ikan seperti hering atau makarel.
Alhasil, ketika udang penuh Anisakis dimakan ikan, larva-larva tersebut dilepaskan pada perut ikan. Mereka menembus dinding lambung dan akhirnya terbungkus dalam usus atau daging ikan inangnya.
Sebagai catatan, ikan besar cenderung lebih banyak dipenuhi cacing gelang daripada ikan kecil dari spesies yang sama. Ini karena ikan besar biasanya makan lebih banyak, jadi banyak juga parasit yang masuk.
Siklus ini akan berakhir ketika ikan-ikan tersebut dimakan mamalia laut.
Berbahayakah?
Selain bagaimana ikan bisa terinfeksi cacing ini, pertanyaan paling besar tentang kasus makarel bercacing adalah bahayanya. Apakah cacing yang ada pada ikan makarel tersebut bisa membahayakan manusia?
Jawabannya bisa ya dan tidak.
Ada beberapa kasus penyakit manusia yang disebabkan oleh konsumsi ikan yang mengandung larva atau cacing Anisakis. Kasus-kasus tersebut terjadi di negara-negara yang warganya mengonsumsi ikan secara mentah atau hanya dimasak setengah matang.
Untuk diketahui, larva Anisakis bisa terbunuh dalam satu menit pada suhu 60 derajat celcius atau lebih. Dalam prakteknya, memasak ikan setebal 3 sentimeter selama 10 menit dengan suhu lebih dari 60 derajat celcius bisa membunuh semua cacing yang ada.
Lain halnya jika ikan dimasak dengan cara diasapi. Suhu pemasakan dengan cara ini tidak cukup tinggi untuk membunuh cacing pada ikan.
Pembekuan ikan juga bisa dilakukan untuk mematikan cacing ini. Membekukan ikan selama 60 jam dengan suhu -20 derajat celcius bisa membunuh semua cacing parasit.
Ini artinya, bahaya cacing Anisakis pada ikan bisa diantisipasi dengan cara memasak yang benar.
Menekan Jumlahnya
Seperti yang diketahui, cacing nematoda memang hidup sebagai parasit pada ikan. Biasanya mereka paling banyak ditemui pada perut dan rongga perut ikan.
Untuk itu, para pemroses hingga penjual diharapkan membersihkan kedua bagian tersebut lebih dahulu sebelum menjualnya.
Apalagi menurut catatan FAO, jumlah Anisakis saat ini semakin melimpah. Daerah keberadaan cacing ini pun makin meluas.
Sering kali meski telah melalui serangkaian proses pembersihan dan quality control, beberapa cacing tetap ditemukan pada ikan oleh konsumen.
Maka, untuk diketahui, keberadaan cacing ini tidak mengurangi nilai gizi ikan tersebut. Perlu ditekankan kembali, memasak atau membekukan ikan dengan benar bisa membunuh semua parasit pada ikan.
Untuk itu, pastikan ikan yang akan Anda makan telah dimasak atau dibekukan dengan benar.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/02/173500123/tak-selalu-bahaya-ini-catatan-fao-tentang-cacing-pada-makarel-kaleng