Setiap kali terluka, Murandu terbiasa meggosokkan garam pada lukanya hingga sembuh.
Kebiasaan ini berubah saat ayahnya memiliki cukup uang untuk membeli gula. Murandu kemudian menggantikan garam dengan gula untuk menyembuhkan luka. Menurutnya, luka lebih cepat sembuh dengan cara ini.
Saat ia menjadi perawat di National Health System (NHS) Inggris) pada 1997, Murandu merasa janggal mengapa gula tidak digunakan dalam perawatan resmi apapun. Berangkat dari pengalamannya, ia bertekad untuk mengubah hal itu.
Pengalamannya di masa lalu berhasil dibuktikannya secara ilmiah. Bahkan ia berhasil memenangkan penghargaan untuk Journal of Wound Care pada Maret 2018 lewat penyembuhan luka dengan gula.
Dilansir BBC, Jumat (30/3/2018), Murandu menggunakan gula putih atau gula tebu yang biasa kita pakai untuk membuat teh manis dalam penelitiannya di laboratorium.
Ia menemukan bahwa strain bakteri masih tumbuh dalam konsentrasi gula yang rendah. Namun, strain bakteri benar-benar terhambat pertumbuhannya saat berada dalam konsentrasi yang lebih tinggi.
Ia juga melakukan uji coba pada seorang wanita yang tinggal di Harare, Zimbabwe. Wanita tersebut memiliki luka parah pada kakinya selama lima tahun, dan sudah dijadwalkan untuk diamputasi.
"Saya sarankan kepada wanita ini untuk mencuci lukanya dengan gula sesering mungkin. Kini, wanita ini masih memiliki kaki," katanya.
Tak hanya melakukan uji coba pada satu wanita dengan luka parah di kaki. Ia juga melakukan studi klinis pada 41 pasien di Inggris.
Temuan yang belum dipublikasikan tersebut juga menjawab pertanyaan apakah pengobatan luka dengan gula juga dapat digunakan untuk pasien diabetes yang umumnya memiliki luka di kaki.
Menurutnya, pengobatan luka untuk pasien diabetes dapat tetap dilakukan karena hal ini tidak akan meningkatkan kadar gula dalam darah pasien.
"Gula adalah sukrosa, dan Anda perlu enzim sukrase yang ada di dalam tubuh untuk mengubahnya menjadi glukosa. Jika gula dipakai di luar tubuh, kadar gula dalam darah tidak akan terpengaruh," jelasnya.
Bagi Murandu yang tumbuh dalam keluarga serba terbatas, cara ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mereka yang tidak sanggup membeli antibiotik untuk menyembuhkan luka.
"Tuangkan gula pada luka dan tutup dengan perban. Granul akan menyerap semua kelembaban yang memungkinkan bakteri untuk berkembang. Tanpa bakteri, luka akan lebih cepat sembuh," kata Murandu menerangkan bagaimana mengobati luka dengan gula.
Temuan Murandu makin didukung oleh studi kasus dari seluruh dunia yang melaporkan manfaat gula untuk penyembuhan luka, termasuk gula dapat menangani luka yang resistan terhadap antibiotik.
Penyembuhan luka dengan gula untuk hewan
Bila Murandu berhasil membuktikan manfaat tersembunyi gula pada manusia, cara ini sebenarnya sudah digunakan dokter hewan sejak beberapa tahun lalu.
Adalah Maureen McMichael, dokter hewan dari Rumah Sakit Kedokteran Hewan Universitas Illinois, AS, yang pertama kali menggunakan gula dan madu untuk menyembuhkan luka hewan pada 2002.
Menurut McMichael, langkah ini sangat efektif dan berguna bagi pemilik hewan yang tidak sanggup membayar metode perawatan rumah sakit.
Ia menggunakan gula dan madu saat melakukan operasi pada kucing atau anjing, dan tak jarang pada hewan ternak juga.
Madu memiliki khasiat penyembuhan yang sama dengan gula. Sebuah penelitian juga menemukan bahwa madu lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri.
"Banyak hewan yang sembuh dengan metode ini. Seperti seekor anjing malang yang dijadikan umpan pitbull untuk berlatih bertarung. Anjing malah yang memiliki 40 luka gigitan di seluruh tubuh dapat sembuh kembali dalam waktu 2 bulan," kata McMichael.
https://sains.kompas.com/read/2018/04/02/123100523/bukti-baru-gula-efektif-sembuhkan-luka