KOMPAS.com – Sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal Plos Biology, mengungkapkan bahwa obesitas bisa membuat indera perasa kita semakin tumpul.
Para ilmuwan menemukan hal tersebut setelah melakukan penelitian pada tikus. Mereka memberi makan tikus dengan pola normal atau berlemak.
Dalam delapan minggu, tikus-tikus yang mendapat pola makan berlemak mengalami obesitas dan menjadi sepertiga kali lebih berat daripada tikus-tikus yang pola makannya normal.
Tikus-tikus yang obesitas juga ditemukan memiliki 25 persen lebih sedikit tunas pengecap dibanding tikus yang sehat.
Temuan ini menunjukkan bahwa kenaikan berat badan tidak hanya mengubah persepsi rasa pada tahap psikologi saja, tetapi juga secara fisik, dan bisa menjelaskan mengapa beberapa orang kesulitan menghentikan kenaikan berat badannya.
Robin Dando, seorang peneliti makanan di Cornell University di New York dan penulis utama studi ini, berkata bahwa penelitian ini menunjukkan bahwa seseorang tidak menjadi obesitas karena mereka lebih suka makan daripada orang-orang yang kurus.
Namun, mereka tidak mendapat tingkat kepuasan yang sama dari makanan dan perlu makan lebih banyak untuk menggantikannya.
Selain itu dengan indera perasa yang lebih tumpul, orang-orang yang mengalami obesitas akan lebih tertarik untuk makan makanan yang lebih tinggi kadar gula dan lemaknya karena memiliki rasa yang lebih kaya.
Nicola Pirastu, seorang pakar genetika yang meneliti tentang preferensi makanan di University of Edinburgh dan tidak terlibat dalam penelitian ini, berkata bahwa perbedaan persepsi rasa pada orang yang obesitas mungkin mendorong mereka untuk memilih makanan yang tidak sehat.
“Ini bisa menciptakan lingkaran setan di mana indera perasa yang lebih tumpul meningkatkan obesitas, yang kemudian mengurangi jumlah indera perasa, dan menyebabkan obesitas yang lebih parah,” ujarnya seperti dilansir dari Guardian, Selasa (20/3/2018).
Dando pun mengatakan, obesitas pada alaminya adalah masalah yang sangat kompleks. Ada banyak faktor yang membuat kita obesitas, dan kami berpikir bahwa perubahan pada indera perasa adalah salah satunya yang sering kali dilupakan oleh orang-orang.
Pada umumnya, sebuah tunas perasa memiliki 50 hingga 100 sel yang beregenerasi setiap 10 hari. Tunas perasa dan sel-selnya ini sangat sensitif terhadap bahan kimia peradangan yang naik ketika berat badan bertambah.
Bahan kimia yang dimaksud adalah TNF-alpha yang berfungsi sebagai pengirim pesan antara sel-sel tubuh. Tim peneliti menemukan bahwa tikus yang direkayasa sehingga tidak bisa memproduksi TNF-alpha tidak mengalami pengurangan tunas perasa, meskipun berat badannya naik.
Melihat hasil ini, para peneliti berencana untuk melanjutkan penelitian mereka ke manusia dan mencari tahu apakah penyebabnya juga TNF-alpha.
“Kita jelas tidak sama persis dengan tikus secara fisiologi, tetapi indera perasa kita memiliki cara kerja yang hampir sama (dengan tikus) dan faktor inflamasi yang menyebabkan berkurangnya persepsi rasa juga naik ketika kita obesitas,” kata Dando.
https://sains.kompas.com/read/2018/03/22/170300823/bak-lingkaran-setan-obesitas-bikin-indera-perasa-tumpul