KOMPAS.com — Dua minggu sebelum meninggal, 4 Maret 2018, Stephen Hawking menyelesaikan sebuah teori tentang keberadaan alam semesta yang jumlahnya lebih dari satu atau multiverse.
Untuk membuktikan keberadaan multiverse ini dan mendeteksi salah satu alam semesta paralel, para peneliti harus mengukur radiasi alam yang sudah ada sejak awal terbentuknya alam semesta menggunakan sensor yang tepat pada sebuah wahana luar angkasa.
Nah, teori Hawking ini menjelaskan rumus matematika yang dibutuhkan untuk membangun wahana antariksa tersebut.
Salah satu rekan Hawking, Thomas Hertog dari Universitas KU Leuven di Belgia, yang juga terlibat dalam penulisan makalah ini mengatakan bahwa makalah tersebut ingin menjelaskan konsep multiverse yang rumit menjadi konsep yang bisa diuji.
Selain itu, pembuktian tentang keberadaan alam semesta selain yang manusia tinggali diharapkan bisa mengubah pemahamaman kita tentang alam semesta secara menyeluruh.
Makalah berjudul A Smooth Exit from Eternal Inflation tersebut kini sedang dikaji oleh para ilmuwan terkemuka di dunia.
Jika konsep yang dijelaskan dalam makalah ini terbukti, bisa jadi para peneliti yang mengerjakannya dinominasikan untuk penghargaan Nobel.
"Dia (Hawking) sering dinominasikan mendapat Nobel dan seharusnya memenangkannya, namun sekarang dirinya tidak mungkin bisa (menang)," kata Hertog kepada The Sunday Times, seperti yang dilansir dari Independent, Senin (19/3/2018).
Hawking meninggal hari Rabu (14/3/2018) di rumahnya di Cambridge, Inggris, pada usia 76. Penyakit neuron motorik langka yang menderanya sejak 1964 membuatnya terbaring tak berdaya di kursi roda.
Penyakit tersebut akhirnya merenggut nyawa salah satu fisikawan paling terkenal zaman ini.
https://sains.kompas.com/read/2018/03/20/170600223/sebelum-meninggal-stephen-hawking-selesaikan-makalah-multiverse