Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Minyak Esensial Bikin Payudara Pria Membesar, Ini Kata Peneliti

KOMPAS.com - Seperti yang kita tahu, laki-laki tidak mengembangkan payudaranya seperti perempuan. Salah satu faktornya adalah hormon.

Namun, bagaimana jadinya jika laki-laki mengembangkan payudaranya seperti perempuan?

Inilah yang dialami oleh 3 anak laki-laki di Amerika Serikat. Peristiwa ini dilaporkan dalam New England Journal of Medicine pada 2007 lalu.

Saat itu Clifford Bloch, spesialis hormon anak di University of Colorado mencurigai adanya kaitan pembesaran payudara pada ketiga anak tersebut dengan minyak esensial.

Dirangkum dari laporan BBC pada 2007, hal itu Bloch temukan saat menanyai ketiganya. Dalam wawancaranya anak-anak tersebut menjelaskan bahwa mereka menggunakan produk minyak oles, shampo, dan lotion yang memiliki wangi lavender dan tea tree.

Anehnya, setelah mereka berhenti menggunakan produk tersebut, pertumbuhan jaringan payudaranya mereda.

Hal ini membuat para peneliti terus mengembangkan penelitiannya hingga sekarang.

Dalam temuan yang dipresentasikan minggu ini, para peneliti menemukan bukti tambahan. Bukti tersebut menegaskan bahwa minyak nabati (lavender dan tea tree) mengandung bahan kimia yang mampu mengganggu hormon manusia.

Hal ini menjadi pengingat bahwa meski ekstrak minyak ini alami tapi tidak selalu baik untuk manusia.

"Masyarakat kita menganggap minyak esensial aman," ungkap J. Tyler Ramsey, ahli biologi perkembangan yang terlibat dalam penelitian ini dikutip dari Science Alert, Senin (19/03/2018).

"Namun, minyak tersebut memiliki jumlah bahan kimia yang beragam dan harus digunakan dengan hati-hati karena bahan tersebut merupakan penghambat potensial endokrin," imbuh pria yang bekerja di National Institute of Environmental Health Sciences (NIEHS) itu.

Minyak esensial sendiri merupakan saripati kimiawi tanaman. Biasanya, senyawa ini ditemukan pada berbagai jenis produk konsumen, mulai dari sabun, minyak aromaterapi, hingga cairan perawatan medis.

Ahli biologi perkembangan NIEHS, Kenneth Korach, melakukan penelitian yang mengangkat isu ini sekitar 10 tahun lalu. Ia menemukan bahwa minyak lavender dan teatree memang mengandung bahan kimia yang meniru esterogen dan menghambat testosteron.

Temuan ini berdasarkan hasil analisis sel manusia yang terpapar minyak tersebut di laboratorium. Ditambah laporan tentang kondisi ketiga anak tersebut menguatkan pendapatnya.

Dalam sebuah analisis baru, para peneliti menguji 8 bahan kimia spesifik dari ratusan yang muncul dari kedua minyak tersebut. Mereka kemudian mengujinya di laboratorium untuk melawan sel kanker payudara manusia.

Hasilnya, 8 bahan kimia tersebut diklasifikasikan sebagai bahan kimia pengganggu endokrin (EDC). Mereka menampilkan berbagai tingkat sifat esterogen dan penghambat testosteron.

Penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Endocrine Society di Chicago Senin (12/03/2018) lalu ini juga menemukan bahwa 8 bahan kimia tersebut tidak hanya terdapat pada minyak lavender dan tea tree. Mereka juga ditemukan pada 65 minyak esensial lainnya yang ada di pasaran.

Ini memunculkan pertanyaan baru, mengapa tidak ada yang melaporkan kasus serupa jika bahan kimia tersebut ada dalam banyak minyak esensial?

Ieuan Hughes, seorang dokter anak di University of Cambridge yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa masih banyak misteri tentang kaitan hal ini.

"Tidak semua orang mengungkapkan diri mereka memiliki efek buruk terhadap minyak tersebut, jadi ada kemungkinan individu tertentu memang lebih sensitif terhadap efek bahan kimia atau mungking menggunakan produk secara berlebihan," ungkap Hughes dilansir dari BBC, Minggu (18/03/2018).

"Ada hubungan kompleks antara esterogen, testosteron, dan hormon lain dalam tubuh yang tidak bisa ditiru dalam percobaan ini," imbuhnya.

"Jelas, efek jangka panjang dari paparan semacam itu tidak diketahui," tegas Hughes.

https://sains.kompas.com/read/2018/03/19/200600323/minyak-esensial-bikin-payudara-pria-membesar-ini-kata-peneliti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke