KOMPAS.com - Hingga saat ini, sudah banyak penelitian yang mengaitkan kebiasaan merokok dengan kesehatan. Kali ini, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa kebiasaan tersebut dengan hilangnya kemampuan mendengar seseorang atau yang kita kenal dengan istilah budek.
Penelitian yang dilakukan di Jepang tersebut mendapati bahwa perokok memiliki risiko kerusakan pendengaran lebih tinggi daripada bukan perokok. Bahkan, risiko tersebut meningkat selaras dengan setiap batang rokok yang diisap.
Meski begitu, menurut para peneliti, mengubah kebiasaan ini tampaknya bisa mengurangi risiko tersebut.
Para peneliti menambahkan, temuan ini memberi bukti kuat hubungan tembakau dan pendengaran. Oleh karena itu, mereka meminta langkah-langkah pengawasan tembakau baru untuk mencegah gangguan pendengaran.
Untuk mendapatkan temuan ini, para peneliti melacak gaya hidup dan kesehatan dari 50.000 pekerja Jepang.
Mereka menggunakan data yang diambil dari catatan pemeriksaan kesehatan tahunan yang mencakup tes penengaran. Dari hal tersebut, mereka menemukan bagaimana kemampuan mendeteksi suara bernada (frekuensi) tinggi dan rendah para pekerja tersebut telah berubah.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nicotine and Tobacco Research tersebut menemukan bahwa perokok 60 persen lebih mungkin mengalami gangguan pendengaran frekuensi tinggi. Selain itu, perokok juga mungkin kehilangan beberapa kemampuan untuk mendengar suara frekuensi rendah.
Tak hanya itu, temuan tersebut menunjukkan bahwa satu dari 10 pekerja mengembangkan beberapa bentuk gangguan pendengaran selama masa penelitian 8 tahun.
Gangguan pendengaran tersebut dipengaruhi oleh banyaknya rokok yang dikonsumsi. Semakin banyak rokok yang dikonsumsi para pekerja, semakin tinggi pula risikonya mengembangkan gangguan pendengaran.
"Hasil ini menunjukkan bahwa merokok mungkin merupakan faktor penyebab kehilangan pendengaran, walaupun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini," tulis para peneliti dalam laporan tersebut dikutip dari The Independent, Kamis (15/03/2018).
Para penelititi mencatat bahwa sebenarnya kelompok merokok cenderung bekerja pada indusri manual dan berat. Hal ini juga bisa meningkatkan kemungkinan gangguan pendengaran, meski mereka mencoba mengendalikannya secara statistik.
"Dengan ukuran sampel yang besar, masa tindak lanjut yang panjang, dan penilaian obyektif tentang kehilangan pendengaran, penelitian kami memberi bukti kuat bahwa merokok adalah faktor risiko independen dari kehilangan pendengaran," ungkap Dr Huanhuan Hu, pemimpin penelitian ini.
"Hasil ini memberi bukti kuat yang mendukung bahwa merokok adalah faktor penyebab kehilangan pendengaran, dan menekankan pengendalian tembakau sangat perlu dilakukan ntuk mencegahnya," imbuh pria yang bekerja di the National Centre for Global Health and Medicine, Jepang tersebut.
https://sains.kompas.com/read/2018/03/16/193400323/peneliti-jepang-sebut-merokok-bisa-bikin-budek