Proses ini membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Dengan bantuan salutan cyclodextrin, ia melekatkan kurkumin ke permukaan emas tersebut.
Penelitian yang tengah ia garap ini untuk merumuskan terapi alternatif mengobati kanker.
Judul penelitiannya yakni Sintesis Nanopartikel Kurkumin-Emas dengan Teknik Ablasi Laser Femtosekon dan Studi Bioaktivitas Cytotoxic pada Sel Kanker. Berkat penelitian tersebut, ia meraih penghargaan L’OREAL-UNESCO For Women in Science National Fellowship Awards 2017 kategori Engineering Sciences.
“Tujuannya untuk membuat obat antikanker yang lebih efisien dengan terapi PDT, photodynamic therapy. Nanopartikel emas sudah lama dipakai untuk PDT,” ujarnya dalam acara peringatan Hari Perempuan Internasional yang digelar LIPI pada Kamis (8/3/2018) di Jakarta.
Bentuk nanopartikel emas yang dipilih yakni kubus kopong tidak pejal. Itu dipilih sebab dinilai lebih efektif mengobati kanker daripada yang bentuknya bola pejal.
Untuk mengawinkan kurkumin dengan nanopartikel emas, peneliti LIPI menggunakan teknik ablasi laser.
Permukaan pelat emas murni yang dimasukkan ke larutan kurkumin dan cyclodextrin disorot laser. Pelat emas akan terpecah dan berubah menjadi nanopartikel emas. Nanopartikel emas lantas akan bercampur dengan kurkumin dan cyclodextrin di dalam larutan.
“Nanti larutannya hanya berwarna merah dari nanopartikel emas. Warna kuning dari kurkumin hilang,” ujar Yuliati.
Yuliati menggabungkan kurkumin pada kunyit dengan nanopartikel emas untuk mendapatkan efek ganda saat mengobati kanker.
Nanopartikel emas yang ditembakkan ke tubuh akan mengeluarkan panas untuk membunuh sel kanker. Sementara kurkumin bertugas mematikan sel kanker pada jaringan yang lebih luas.
Dengan nanopartikel emas, kelemahan kurkumin yang tidak larut dalam air bisa diatasi.
Kurkumin, sebut Yuliati, terbukti punya banyak manfaat seperti anti alergi, antiperadangan serta antikanker. Untuk mengekstrak kurkumin dari kunyit, perlu langkah berulang kali. Sebab, kurkumin hanya 20 persen dari kandungan lain pada kunyit.
Yuliati mengatakan, terapi kanker dengan kurkumin masih sebatas kanker serviks. Pasalnya, laser yang ditembakkan hanya bisa menjangkau target kanker yang dekat dengan jaringan kulit luar.
“Metode ini tidak sesakit kemoterapi. Kurkumin dan emas yang digunakan tidak terlalu banyak sehingga bisa menghemat biaya,” ujarnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/03/15/200634023/basmi-kanker-peneliti-lipi-kembangkan-terapi-dengan-kurkumin-dan-emas