Seperti diberitakan Kompas.com, Tiangong 1 sudah dikabarkan mengalami kerusakan sejak Maret 2016.
Kerusakannya tidak dapat diperbaiki lagi hingga pada Mei 2017 China melaporkan kepada Komite PBB bahwa stasiun luar angkasa miliknya akan mengalami re-entry atau masuk ke atmosfer bumi.
Thomas Djamaluddin, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berkata stasiun luar angkasa selalu menghadapi hambatan atmosfer.
Ketika hambatan ini gagal dilalui, ia akan turun dari titik koordinatnya dan roket kendali berperan untuk menaikkan lagi stasiun luar angkasa ke koordinatnya.
Tiangong 1 sudah 14 kali melakukan penyesuaian ketinggian dengan menaikkan kembali ketinggian lewat mesin roketnya.
"Pada 2016, Tiangong 1 dilaporkan sudah tidak dapat naik lagi. Ini bisa karena bahan bakar yang menipis dan umurnya juga sudah relatif tua. Karena sudah tidak bisa lagi dikendalikan, akhirnya dilepaskan dari ketinggian 350 kilometer," kata Thomas kepada Kompas.com, Senin (12/3/2018).
Saat ini Tiangong 1 berada di jarak 240 kilometer dari bumi. Ketika benda yang berada di luar angkasa ini jatuh ke bumi atau sudah memasuki ketinggian 120 kilometer, ia akan terbakar atmosefer dan beberapa sampah sisanya akan sampai ke permukaan bumi. Diperkirakan ini terjadi antara awal sampai pertengahan April 2018.
Dilansir laman resmi LAPAN, bagian yang kemungkinan besar tersisa dan sampai di bumi adalah tangki bahan bakar yang kemungkinan masih mengandung Hidrazine, bahan kimia beracun dan bersifat korosif.
Tiangong 1 akan jatuh ke mana?
Thomas menjelaskan bahwa Tiangong 1 memiliki inklinasi orbit 43 derajat, di mana seluruh daerah di Bumi yang berada di 43 derajat Lintang Utara (LU) dan 43 derajat Lintang Selatan (LS) berpeluang kejatuhan serpihan Tiangong 1.
Letak Indonesia yang memanjang di ekuator akan memberi peluang sangat besar untuk kejatuhan serpihan tersebut.
Tidak usah khawatir, Thomas dan timnya telah memperkirakan bahwa Tiangong 1 tidak akan jatuh ke pemukiman penduduk, melainkan sampah Tiangong 1 akan jatuh ke lautan atau pegunungan.
"Ini karena wilayah yang tidak berpenghuni seperti lautan, gunung, hutan, atau gurun jauh lebih luas dibanding kawasan pemukimannya, jadi tidak usah khawatir," kata Thomas.
Belum dapat memastikan kapan dan di mana jatuhnya serpihan Tiangong, LAPAN hanya dapat berharap serpihan ini akan jatuh di Samudera Hindia atau Samudera Pasifik.
"Saat Tiangong 1 sudah mendekati jarak 120 kilometer dari bumi, LAPAN akan lebih intensif memantau. Mudah-mudahan jatuhnya di Samudera," ujarnya.
"Masyarakat tidak perlu khawatir tapi harus waspada. Bila nanti ada benda dari langit jatuh di dekat pemukiman, warga jangan menyentuh atau mendekatinya karena ditakutkan serpihan masih mengandung bahan kimia berbahaya. Lebih baik laporkan ke polisi atau LAPAN," sarannya.
https://sains.kompas.com/read/2018/03/12/190100223/soal-tiangong-i-jatuh-lapan--tak-perlu-khawatir-tetap-waspada