KOMPAS.com - Menggosok gigi memang aktivitas ringan yang umum dilakukan sehari-hari. Namun, Anda tidak bisa meremehkan kegiatan tersebut karena dampaknya sangat besar bagi kesehatan.
Rahmi Amtha, Ketua Ikatan Spesialis Penyakit Mulut Indonesia, menyatakan, kebersihan mulut merupakan cerminan kesehatan seseorang.
Kebersihan tersebut salah satunya bisa diperoleh dengan cara menggosok gigi. Sayangnya, Rahmi mengungkap bahwa baru 27,8 persen masyarakat Indonesia yang menggosok gigi dengan benar. Padahal, dengan kebersihan gigi yang terjaga bisa menurunkan jumlah mikroorganisme pada lesi (luka) sariawan.
“Mulut itu cerminan kesehatan. Pasien pas buka mulut, saya lihat sariawannya. Kalau bentuknya spesifik, saya pasti bilang, ‘Coba periksa deh ususnya, lambung’. Gambaran tubuh manusia tuh lewat mulut,” ujarnya dalam temu media yang digelar Mundipharma, pada Jumat (9/3/2018) di Jakarta.
Cara menyikat gigi yang benar yakni dengan gerakan memutar ke atas dan bawah untuk membersihkan gigi bagian depan dan belakang. Menyikat gigi harus dilakukan secara lembut. Jangan lupa juga, lidah harus ikut disikat secara lembut untuk menghilangkan bakteri.
Selain cara menyikat gigi yang benar, Rahmi juga mengingatkan masyarakat untuk selektif dalam memilih pasta gigi.
Sebagian orang alergi terhadap kandungan deterjen di beberapa merek pasta gigi dan malah mengalami sariawan. Dengan begitu, masyarakat harus memastikan kandungan pada pasta gigi dan mengetahui apakah dirinya punya riwayat alergi. Bagi orang-orang ini, pasta gigi yang mengandung sodium lauryl sulphate (SLS) perlu dihindari.
Pembersihan tepian gigi menggunakan benang khusus juga disarankan supaya tidak ada sisa makanan yang menyelip. Pasalnya, sikat gigi tidak bisa menjangkau permukaan gigi yang tidak rata. Padahal, ada kemungkinan masih ada sisa makanan yang tertinggal. Sisa makanan yang menumpuk ini dikhawatirkan jadi hunian bagi mikroorganisme.
“Mau pakai apapun pengobatan sariawan, kalau kebersihan mulut tidak dijaga jadi balap-balapan nih antara mau menyembuhkan sariawan dulu atau menghilangkan bakterinya,” ujar Rahmi.
Sariawan sendiri bukan disebabkan karena bakteri Streptococcus seperti yang dikira banyak orang. Bakteri hanya berperan memperparah bahkan menimbulkan peradangan pada sariawan, sedangkan faktor pemicu sariawan adalah alergi gandum, gangguan imunitas tubuh, gangguan pada lambung serta usus, dan kerusakan antigen.
https://sains.kompas.com/read/2018/03/12/183600723/ternyata-baru-27-8-persen-masyarakat-yang-gosok-gigi-secara-benar