Di usia tak lagi muda, kakek yang tak disebutkan namanya ini sering tiba-tiba jatuh. Ketika mengunjungi rumah sakit di kota Belfast, dokter meminta agar kakek melakukan pemindaian otak untuk mencari tahu penyebabnya.
Dr Finlay Brown yang menangani kakek itu terkejut saat menemukan hal tak biasa dari hasil pemindaian otak.
Pada bagian depan kanan otak, tepat di belakang kening, tampak area besar berwarna hitam gelap yang kira-kira berukuran 9 sentimeter. Bagian gelap biasanya menunjukkan area yang kosong atau tidak ada jaringan otak di situ.
Bagaimana bisa ada kantung pada jaringan otak seperti ini?
Hal itu juga menjadi pertanyaan besar untuk Brown. Ia sendiri belum pernah menjumpai kasus seperti ini.
Brown menduga pasiennya merupakan korban malpraktik dari operasi otak atau memang memiliki kelainan otak sejak lahir. Namun, dugaan itu salah.
"Kasus ini perlu diterbitkan untuk menyoroti pentingnya penyelidikan menyeluruh terhadap gejala yang paling umum sekalipun, agar tidak mengabaikan sebabnya," kata Brown dilansir Live Science, Jumat (9/3/2018).
Dalam laporannya yang diterbitkan BMJ Case Reports, Selasa (27/2/2018), Brown menuliskan bahwa pasiennya ternyata memiliki kantung udara dalam tengkorak. Dalam istilah medis disebut pneumatocele yang menekan jaringan otaknya.
Ia menjelaskan kantung udara tersebut umumnya dimiliki oleh pasien yang memiliki trauma atau infeksi wajah atau pernah menjalani operasi otak.
Brown mengatakan kakek itu tak hanya sering jatuh. Namun juga kakek sering merasa lengan dan kaki kirinya lemah dan sering tidak enah badan.
Selain menemukan rongga di bagian kanan otak saat dilakukan pemindaian, dari hasil MRI dokter benemukan ada osteoma atau tumor tulang jinak di tulang ethmoid, yakni bagian tengkorak yang memisahkan otak dengan rongga hidung.
Osteoma yang berada di tulang ethmoid membuat udara terdorong ke otak dan menciptakan efek yang disebut efek satu arah katup.
Hasil MRI juga mengungkap bahwa pasien pernah mengalami stroke kecil yang ada hubungannya dengan kantong udara di otaknya.
Awalnya Brown dan timnya berencana melakukan operasi otak untuk melepaskan udara agar otaknya dapat kembali normal dan juga operasi terpisah untuk menghilangkan osteoma.
"Tapi seperti operasi lainnya, ini akan mengakibatkan risiko. Misalnya akan memicu lebih banyak masalah pada otak dan mungkin operasi tidak meredakan gejala yang dialami pasien," kata Brown.
Setelah hal itu dijelaskan pada pasien, kakek itu menolak untuk dioperasi. Ia lebih memilih diobati dengan obat statin dan anti pembekuan untuk menurunkan risiko stroke lain.
Laporan tersebut mengatakan setelah kakek tinggal di rumah sakit selama 3 bulan, ia tetap sehat dan tidak lagi merasa sisi kirinya lemah.
https://sains.kompas.com/read/2018/03/10/170100123/kasus-langka-sebagian-otak-lansia-ini-hilang-