KOMPAS.com – Para paleontolog dari Museum of Natural and Cultural History University of Oregon, Badan Manajemen Tanah Amerika Serikat, and University of Louisiana mempelajari 117 jejak kaki mammoth Kolombia berusia 43.000 tahun di sekitar sisa Danau Fosil Oregon.
Hasil yang telah dipublikasikan dalam jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology menceritakan kisah sebuah kawanan mammoth yang meninggalkan jejak kaki tersebut.
Berdasarkan ukuran dan kedalaman jejak kaki yang ditangkap melalui teknik fotogrametri, terlihat bahwa kawanan beranggota enam mammoth berjalan di atas tanah vulkanik menuju ke barat untuk mencari minum. Empat di antara mereka telah berusia dewasa, satu masih anak-anak, dan yang terakhir baru lahir.
Namun, yang menarik perhatian para peneliti adalah salah satu dari mammoth dewasa yang meninggalkan jejak kaki sepanjang 20 meter.
“Jejak kaki ini sangat dekat satu sama lain, dan yang kanan lebih dalam daripada yang kiri – seakan-akan mammoth dewasa ini pincang,” ujar Greg Retallack, salah satu anggota tim peneliti, kepada Atlas Obscura, Rabu (14/2/2018).
Di sekitar jejak kaki tersebut, ada juga jejak kaki dari dua mammoth yang lebih kecil. Retallack mengatakan, mammoth dewasa ini tidak sendirian. Dua pasang jejak kaki yang lebih kecil terlihat datang dan menjauh darinya. Mammoth muda ini kemungkinan besar berinteraksi dengan mammoth dewasa yang terluka dan terus-terus kembali kepadanya. Mereka mungkin khawatir.
Melihat interaksi ini, para peneliti mengetahui bahwa mammoth yang terluka adalah betina berusia 11 tahun yang sedang sekarat.
Pasalnya, studi yang dipublikasikan dalam Animal Reproduction Science pada 1998 menunjukkan bahwa ketika seekor gajah terluka, anggota dari kawanan yang matriarki akan mengikuti gajah tersebut dan memastikan bahwa ia baik-baik saja.
Meski demikian, bukan berarti bahwa mammoth yang terluka adalah pemimpin kawanan. Retallack berkata bahwa pemimpinnya adalah salah satu dari mammoth dewasa lainnya dan berjenis kelamin betina.
Menanggapi begitu banyaknya temuan yang didapat hanya dari jejak kaki, Retallack mengatakan, fosil sisa seperti jejak kaki bisa memberi kita pengetahuan yang unik tentang sejarah alam. Jejak kaki terkadang bisa memberi tahu kita lebih banyak hal tentang makhluk purbakala daripada tulang, terutama ketika menyangkut perilaku mereka.
“Sangat luar biasa bagaimana kita bisa melihat interaksi ini terawetkan dalam catatan fosil,” ujarnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/03/02/071000123/jejak-kaki-43.000-tahun-ungkap-cerita-satu-kawanan-mammoth