KOMPAS.com -- Selama ini, peneliti mengira kandungan air yang terdapat di bulan tidak banyak.
Pasalnya, berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa kandungan air di bulan jumlahnya tidak tetap pada malam ataupun siang hari. Dulu, peneliti menduga air di bulan hilang karena pergerakan tiap 1 hari Lunar (29,5 hari di Bumi). Ternyata, dugaan tersebut salah.
Rupanya, di bawah permukaan bulan tersimpan pasokan air dalam jumlah besar. Temuan ini menumbangkan pemikiran soal air hanya terbentuk di kutub bulan, dan jumlahnya pun tidak berkurang baik pada siang maupun malam.
“Kami menemukan bahwa sinyal air selalu terlihat, mau jam berapapun, atau pada lintang berapapun melihatnya,” ujar Joshua Bandfield, ilmuwan senior dari Space Science Institute, sekaligus ketua peneliti, seperti dikutip dari Phys.org pada Senin (26/2/2018).
“Kemunculan air sepertinya tidak bergantung pada komposisi permukaan. Airnya selalu di sana,” imbuhnya.
Akan tetapi, seperti yang dimuat dalam jurnal Nature Geoscience, air yang bersembunyi di bawah permukaan bulan diduga berbentuk OH (molekul hidroksil reaktif) yang lebih reaktif dibanding H2O.
Hal ini membuat air bulan suka menempelkan dirinya ke mineral yang ada di sekitarnya dan lebih sulit diambil.
Peneliti juga menduga bahwa OH yang ada di bulan terbentuk akibat persinggungan angin matahari dengan permukaan bulan. Namun, ada juga air yang memang sudah ada dari bulan itu sendiri atau terbentuk dari mineral di permukaan bulan.
Sayangnya, terdapat polemik di kalangan peneliti mengenai hasil studi terbaru ini. Peralatan penginderaan inframerah jarak jauh yang dipakai untuk mengamati air di bulan dianggap masih terbatas. Akibatnya, keakuratan lokasi dan sifat air di bulan masih diragukan.
Tentu ini menjadi tugas peneliti untuk mencari tahu lebih lanjut bagaimana air bisa terbentuk di bawah permukaan bulan. Namun setidaknya, temuan soal cadangan air di bulan ini bisa mendukung wisata luar angkasa yang tengah digencarkan.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/26/203300223/bulan-memang-menyimpan-pasokan-air-yang-besar-tetapi-