Tak peduli di mana tumbuhnya, hal ini akan sangat mengganggu. Seperti kurap yang umumnya tumbuh di telapak kaki sehingga membuat kulit kering, bersisik, gatal, dan kemerahan.
Dalam dunia medis, kurap kaki disebut juga sebagai tinea pedis dan orang barat menyebutnya sebagai athlete's foot karena infeksi jamur ini banyak dialami oleh atlet. Penyebabnya adalah infeksi jamur Trichophyton rubrum.
Sebuah temuan terbaru yang dipublikasikan di jurnal Genetics, Rabu (21/2/2018) menyebut bahwa infeksi jamur yang menyebabkan kurap menunjukkan tanda reproduksi aseksual atau mengkloning diri sendiri.
Ini menandakan jamur kurap tidak memiliki keragaman dalam suatu populasi dan berarti respons yang diberikan penderita akan sama. Hal ini berbeda dengan organisme kebanyakan termasuk jamur yang bereproduksi secara seksual.
"Teori evolusioner konvesional mengatakan bahwa organisme aseksual ditakdirkan punah. Tapi, jamur ini mungkin ingin menjaga agar tetap sama seperti semula saat menginfeksi manusia," kata Dr. Joseph Heitmen dari Duke University dilansir Newsweek, Jumat (23/2/2018).
Dalam penelitian ini, mereka mengumpulkan 135 sampel jamur dari seluruh dunia. Heitmen mengatakan ada kendala saat ia dan timnya ingin mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh jamur untuk berkembang biak.
Melakukan pengamatan di laboratorium untuk mengamati bagaimana proses reproduksi jamur T. rubrum bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Mereka mencoba mengawinkan mikroba yang ditempatkan di laboratorium yang berpotensi memungkinkan terjadinya perkawinan. Setelah lima bulan, tim tidak menemukan apapun, organisme yang dipasangkan itu tidak melakukan reproduksi seksual.
Akhirnya mereka menganalisis secara genetik dan menemukan dua genom spesies T. rubrum yang dipilih secara acak identik 99,97 persen. Mereka juga menemukan 134 dari 135 sampel jamur T. rubrum memiliki kemiripan genetik yang identik. Inilah alasan organisme tersebut tidak bisa dikawinkan bagaimana pun caranya.
Selain itu, mereka juga menemukan bahwa jamur tidak memiliki kromosom X dan Y seperti manusia, sebaliknya mereka memiliki sesuatu yang mirip disebut tipe kawin lokus. "Ini memiliki fungsi yang mirip, jamur T. rubrum memiliki tipe perkawinan tunggal," jelas Heitmen.
Heitmen mengatakan, untuk membuktikan bahwa masih ada jamur yang bereproduksi dengan cara aseksual adalah pekerjaan yang sangat sulit.
"Penting untuk dicatat bahwa ini adalah sebuah hipotesis dan harus ada penelitian lebih lanjut yang melengkapi," ujarnya.
Namun, berdasarkan apa yang telah dilakukan tim Heitmen sangat besar kemungkinan bahwa jamur pada kurap bereproduksi dengan cara mengkloning dirinya sendiri.
Jika nanti ada penelitian lain dengan hasil yang sama, itu berarti perusahaan obat perlu melihat genom jamur untuk mengetahui apakah ada petunjuk yang bisa digunakan untuk membuat obat lebih mujarab.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/26/200400323/studi-baru-jamur-kurap-pengobatan-mujarab-menanti