KOMPAS.com -- Survei yang dilakukan Indonesian Society of Hypertension (InaSH) pada Mei 2017 menunjukkan hasil bahwa kasus hipertensi cenderung meningkat pada perempuan lanjut usia.
Dari data InaSh, diketahui bahwa sebanyak 1.924 perempuan berumur kurang dari 40 tahun mengidap hipertensi. Data juga menunjukkan sebanyak 2.816 perempuan dengan rentang usia 41 hingga 50 tahun mengidap hipertensi, sedangkan pada rentang usia 51 hingga 60 tahun, ditemukan 3.246 wanita yang terkena hipertensi.
Rossana Barack, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, mengemukakan, perempuan lanjut usia yang sudah menopause lebih rentan terkena hipertensi karena faktor hormonal.
Hal tersebut dia katakan dalam acara konferensi pers 12th Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension (InaSH) pada Kamis (22/2/2018) di Jakarta.
“Pada perempuan dengan hipertensi, pengaruh menstruasi sangat besar. Perempuan kan punya hormon estrogen ya. Jadi, hormon estrogen itu power-nya kuat sekali,” ujarnya.
Untuk itu, wanita yang memasuki umur 40 tahun harus mulai waspada dengan hipertensi. Pada usia tersebut, perempuan umumnya memasuki masa pre-menopause, di mana ormon estrogen berkurang, menstruasi berkurang, hingga akhirnya menopause.
Hormon estrogen, sebut Rossana, sangat mengendalikan segala aktivitas perempuan dan melindungi perempuan dari penyakit. Ketika jumlahnya menurun, organ dalam tubuh perempuan kehilangan kemampuannya dan menjadi tidak terkontrol. Pembuluh atrial pun mengeras dan menjadi tegang.
“Hipertensi pada perempuan menopause akan lebih berbahaya. Sekali kena komplikasi, gangguan kardiovaskuler, prognosisnya jauh lebih jelek,” ujarnya.
Sel-sel endotel akan hancur karena kandungan estrogen menipis. Kerusakan endotel memicu timbulnya plak di dalam darah sekaligus merangsang naiknya tekanan darah. Tekanan darah yang melebihi ambang normal inilah yang mendorong hipertensi.
Tidak hanya perempuan lanjut usia; semua perempuan yang telah menopause karena usia, pengangkatan rahim, atau memang menopause dini juga lebih berpotensi terkena hipertensi.
Terkait dengan pil keluarga berencana (KB), Rossana juga mengingatkan para wanita untuk lebih selektif. Untuk perempuan dengan riwayat hipertensi, sebaiknya jangan mengonsumsi pil KB karena cara kerjanya adalah memasukkan kandungan hormon progesteron ke tubuh. Metode KB lainnya yang mesti dipilih.
“Bisa pakai KB spiral IUD, kondom, atau pakai sistem kalender,” ujarnya menyarankan.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/24/183700023/kenapa-perempuan-menopause-rentan-terkena-hipertensi-