KOMPAS.com -- Yuda Turana, ketua Indonesian Society of Hypertension (InaSH), menegaskan pentingnya masyarakat melakukan cek tekanan darah di rumah.
Pasalnya, dari survei yang dilakukan InaSH pada bulan Mei 2017, ditemukan bahwa 25 persen responden laki-laki penderita hipertensi tidak mengukur tekanan darah selama satu tahun terakhir. Penelitian tersebut melibatkan 29.353 pria sebagai subjek.
Menurut Yuda yang ditemui dalam acara konferensi pers InaSH di Jakarta pada Kamis (22/2/2018), hal ini membahayakan karena hipertensi merupakan penyakit tanpa gejala dan hanya bisa diketahui lewat pengukuran tekanan darah.
Dia menambahkan, oleh karena itu, kerap ditemukan kasus seseorang mendadak meninggal. Individu tersebut terlambat diketahui tekanan darahnya naik. Lalu, berujung pada komplikasi penyakit seperti stroke yang berujung kematian.
Menurut data Kohor yang dikeluarkan Kemenkes pada tahun 2017, penderita hipertensi berisiko 2,8 kali lebih besar terserang stroke.
Yuda berkata bahwa selain sebagai upaya preventif agar hipertensi tidak makin parah, cek tekanan darah di rumah lebih akurat karena jika dilakukan secara rutin, akan menunjukkan informasi variabilitas.
"Pengukuran tekanan darah di rumah lebih menampilkan diagonosis normotensi. Selain itu, prognosis penyakitnya lebih jelas," sebut Yuda.
Perbedaan hasil pengukuran tekanan darah bisa disebabkan oleh kondisi whitecoat hypertension. Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah secara persisten tinggi di ruang kerja dokter, tetapi pada waktu yang lain, seperti di rumah, tekanan darah pasien menjadi normal.
"Yang perlu diingat, hasil tes tekanan darah di rumah bukan menggantikan yang dari dokter. Sifatnya melengkapi. Saat ke dokter, bawalah data dari rumah," kata Yuda.
Yuda juga memberikan panduan agar masyarakat dapat melakukan cek tekanan darah secara mandiri di rumah.
Pertama, masyarakat harus memilih tensimeter digital. Baterai tensimeter perlu juga dilihat apakah masih prima atau tidak. Alat cek tekanan darah yang menggunakan jarum yang disuntikkan di jari tidak dianjurkan. Selain itu, penggunaan alat tes yang memakai air raksa juga tidak disarankan karena memicu limbah berbahaya.
"Bisa dibantu diukurkan oleh dokter, perawat, atau keluarga di rumah. Pakai yang alat digital karena sudah divalidasi," ujar Yuda.
Pemeriksaan dilakukan dengan membalutkan manset tensimeter digital di lengan atas kanan dan kiri secara bergantian dengan jeda sekitar satu menit.
Pengukuran sebaiknya dilakukan saat satu jam setelah bangun pagi hari karena prognostik terhadap vaskular lebih tinggi.
Individu sebaiknya jangan meminum obat dan kopi sebelumnya. Dilarang pula menahan kencing karena akan menaikkan tekanan darah cukup signifikan menjadi lebih dari 135/85 mmHg.
Lalu, individu harus dalam kondisi sudah istirahat selama 30 menit dari aktivitas sebelumnya. Tes disarankan dilakukan dalam kondisi duduk.
"Diulang pada malam hari sebelum tidur, tetapi harus istirahat dulu dua menit," ujarnya.
Tes tekanan darah di rumah juga akan meningkatkan kepatuhan pasien saat diberikan obat hipertensi. Selain itu, mengecek tekanan darah secara mandiri merupakan peran aktif pasien dalam menangani penyakit hipertensi
https://sains.kompas.com/read/2018/02/22/193600923/pentingnya-rutin-tes-tekanan-darah-di-rumah