KOMPAS.com – Pada saat ini, diet rendah karbohidrat sedang menjadi tren di Indonesia. Pola makan ini dipercaya bisa menurunkan lebih banyak berat badan daripada pola makan lainnya.
Namun, studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association (JAMA) menyebutkan bahwa diet rendah karbohidrat tidak lebih efektif daripada diet rendah lemak.
Professor Christopher Gardner dan tim peneliti dari University of Stanford, California merekrut 609 pria dan wanita berusia 18 sampai 50 tahun.
Para peneliti kemudian mengukur kadar produksi hormon insulin setelah partisipan meminum glukosa dengan perut kosong, dan mengurutkan DNA partisipan untuk mencari pola genetik yang akan diasosiasikan dengan protein yang memodifikasi metabolisme karbohidrat atau lemak.
Partisipan kemudian dibagi menjadi dua kelompok diet, yakni rendah karbohidrat atau rendah lemak, dan diminta menjalaninya dari April 2015 hingga Mei 2016.
Kedua kelompok diminta untuk membatasi jumlah karbohidrat atau lemak yang dikonsumsi menjadi 20 gram selama delapan minggu terakhir. Setelah dua bulan, mereka diperbolehkan untuk meningkatkan konsumsi lemak dan karbohidrat harian hingga mencapai batas yang dapat dipertahankan.
Setelah setahun berlalu, tim peneliti menemukan bahwa anggota kelompok rendah-lemak rata-rata mengonsumsi 57 gram lemak per hari, sedangkan mereka yang mengikuti diet rendah karbohidrat mengonsumsi 132 gram karbohidrat per hari.
Baik kelompok rendah lemak maupun rendah karbohidrat rata-rata bisa menurunkan berat badan hingga 5,9 kilogram.
Namun, mereka juga menemukan variasi yang luar biasa di mana berat badan satu partisipan bisa turun hingga 27,2 kilogram, sementara berat badan partisipan lainnya malah naik.
Dari hasil ini, tim peneliti berpendapat bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam hal perubahan berat badan di antara diet rendah lemak dengan diet rendah karbohidrat.
Mereka juga menulis, baik pola genotipe maupun sekresi insulin dasar tidak dapat diasosiasikan dengan efek pola makan terhadap penurunan berat badan.
Sebaliknya, para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang berhasil menurunkan berat badan di kedua kelompok memiliki kesamaan strategi, yaitu mengurangi konsumsi gula dan tepung halus, menambah asupan sayur, dan memprioritaskan makanan berbiji utuh yang diproses sesedikit mungkin.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/22/080600923/diet-rendah-karbohidrat-atau-rendah-lemak-studi-bilang-sama-saja-