KOMPAS.com -- Peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) Reza Cordova mengungkap bahwa kandungan pada produk perawatan wajah dan tubuh berpotensi merusak ekosistem laut.
Hal ini dia beberkan saat acara pembukaan Oceanography Science Week2018 di Ancol, Jakarta pada Selasa (20/2/2018).
“Sumber utama mikroplastik itu justru dari scrub pembersih muka dan pembersih tubuh,” ujarnya.
Dijelaskan Reza, mikroplastik menjadi ancaman terbesar pada kehidupan biota yang ada di laut. Mikroplastik merupakan kepingan plastik yang berukuran kurang dari lima millimeter. Plastik berukuran mikron ini sering dikira makanan oleh para hewan laut.
Jika mikroplastik masuk ke tubuh ikan, sistem saraf pusat akan tidak terkendali. Dampaknya, ikan akan berperilaku aneh dan berujung pada kematian.
“Yang berbahaya lagi, mikroplastik dapat menjadi media penempelan untuk bahan pencemar lain seperti pestisida dan logam berat. Tubuh makhluk yang memakan mikroplastik akan mengandung bahan polutan,” ujar Reza.
Reza mengkhawatirkan, jika penggunaan sabun cuci muka tidak dibatasi maka ekosistem laut akan mengalami kerusakan.
Untuk itu, dia menyarakan masyarakat agar lebih selektif memilih produk perawatan kecantikan dan tubuh. Dia meminta masyarakat menghindari sabun cuci muka dengan iming-iming microbeads. Reza menambahkan, masyarakat dapat mengganti dengan produk cuci muka lain yang tidak diperkaya unsur polimer.
“Mendingan urungkan niat membeli jika di belakang kemasan produk tertulis ada kandungan polimer seperti polypropylene polyethylene," kata Reza menyarankan.
Sementara itu, sumber terbesar kedua mikroplastik adalah plastik besar yang mengalami degradasi akibat sinar ultraviolet, gelombang laut, dan panas. Reza pun mengingatkan masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik seperti kantong kresek dan air minum dalam kemasan.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/21/120500423/tips-memilih-produk-perawatan-yang-ramah-lingkungan-dari-peneliti-lipi