KOMPAS.com - Wahana ruang angkasa Juno berhasil masuk ke orbit planet Jupiter dan memotret bintik merah raksasa di planet itu.
Berdasarkan pengamatan wahana milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu, ukuran bintik raksasa itu ternyata mengecil.
Foto tersebut diambil pada Juli 2017 dan merupakan gambar paling dekat dan detail yang pernah terekam hingga saat ini.
Bintik merah raksasa di Jupiter merupakan badai yang ukurannya tiga kali lebih besar dari ukuran Bumi.
Sebagian ilmuwan meyakini badai tersebut terjadi sekitar tahun 1600-an, meskipun sebagian ilmuwan meragukannya.
Badai John adalah badai terbesar yang pernah ada di Bumi dan hanya berlangsung 31 hari, bandingkan dengan badai di Jupiter yang terjadi kurang lebih selama 400 tahun.
Glenn Orton menjelaskakan alasannya bahwa adanya dua aliran gas yang berlawanan arah membuat badai di Jupiter menjadi stabil dan lama.
"Sesungguhnya tidak semua badai berlangsung lama. Bintik merah raksasa itu seperti roda pemintal yang berputar terus dan terbentuk antara dua sabuk berjalan yang bergerak berlawanan arah sehingga membuat GRS stabil dan berumur panjang," kata Orton yang juga menjadi pemimpin misi Juno kepada Business Insider, Minggu (18/2/2018)
"Dua sabuk pada Jupiter tersebut bisa bergerak dengan kecepatan melebihi 480 kilometer per jam sehingga membentuk badai dengan kekuatan besar yang berputar melawan arah rotasi planet ini. Itu menciptakan momentum pusaran badai," kata Orton.
Namun demikian Orton yang menjadi anggota dari komunitas ilmuwan NASA mengatakan bahwa bintik merah raksasa itu tidak akan berumur panjang. Ukurannya sudah mulai menyusut sejak lama.
Pada akhir 1800-an ukuran bintik merah raksasa Jupiter adalah 30 derajat bujur, setara empat kali diameter Bumi.
Lalu pada tahun 1979 pesawat ruang angkasa Voyager 2 mengungkapkan badai di planet Jupiter telah menyusut setengahnya, dan hanya dua kali lebih lebar dari Bumi.
"Sekarang ini seperti 13 derajat lebarnya dan hanya 1,3 kali ukuran Bumi," katanya. "Tak ada yang abadi," katanya.
"Bintik merah raksasa akan dalam satu atau dua dekade akan menjadi bintik merah biasa, dan setelahnya menjadi bintik merah kenangan," ungkapnya.
Wahana antariksa Juno akan kembali mengamati bintik merah raksasa pada April 2018, Juli, September 2019, lalu setidaknya satu kali lagi pada bulan Desember 2020.
Namun pengamatan tersebut tidak akan bisa sedekat pada pengamatan bulan Juli 2017.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/20/211700023/bertahan-400-tahun-badai-raksasa-jupiter-bakal-mati-tak-lama-lagi