KOMPAS.com - Baru-baru ini para peneliti telah menggunakan teknologi modern untuk mengungkap misteri lukisan wajah di peti mati mumi Mesir. Hal ini diklaim sebagai cara baru mengeksplorasi ilmu lukisan pemakaman purba.
Lukisan wajah di peti mati mumi ini sendiri ditemukan saat para arkeolog Inggris yang menggali di Tebtunis, wilayah di Mesir sebelah utara pada musim dingin 1899-1900. Mereka menemukan potret orang-orang Mesir yang "makmur" ditempatkan di atas sarkofagus (peti mati mumi).
Dalam satu pemakaman, terdapat beberapa mumi dengan sketsa tinta dan kapur tulis di atasnya. Sketsa-sketsa tersebut berukuran yang sedikit lebih besar dari kertas printer standar saat ini.
Sketsa-sketsa tersebut menggambarkan lukisan wajah dari 2 orang lelaki dewasa, 1 anak laki-laki, dan 2 perempuan yang diperkirakan berasal dari tahun 140-160. Ini kemudian memberi petunjuk dari seni lukis dengan ciri khas "mata yang lembut" (mata berwarna biru dan seolah menatap orang di depannya).
Sayangnya, saat ditemukan, beberapa sketsa telah terlepas dari sarkofagusnya.
"Alat penggali (tak sengaja) memisahkan potret tersebut dari mumi, yang seharusnya bersama selamanya," kata Essi Ronkko, rekan kurator museum untuk proyek khusus dikutip dari Science News, Senin (19/02/2018).
Potret-potret kuno ini kini dipamerkan di Northwestern University’s Block Museum of Art in Evanston, AS. Pameran yang bertajuk "Cat Mata Lembut: Potret Mumi dari Romawi Mesir" tersebut juga dilengkapi dengan sketsa dan 6 potret dari pemakaman di wilayah Mesir lain.
Sebelum dipamerkan, sketsa-sketsa yang ditemukan lebih dari seabad yang lalu itu telah diperiksa untuk mengungkap misteri di baliknya. Pengungkapan misteri ini menjadi mungkin karena perkembangan teknologi yang ada sekarang.
Salah satu misteri yang terpecahkan dari lukisan tersebut adalah relik ini berasal dari periode yang tidak sama dengan Raja Tut. Diperkirakan lukisan ini dibuat saat Mesir dikuasai oleh Romawi.
Dengan kata lain, orang-orang Mesir menerapkan pendekatan baru pada pemakaman mumi.
Perbedaan yang paling jelas terlihat adalah mumi tersebut justru menampilkan potret/lukisan orang yang meninggal itu di atas sarkofagus. Ini berbeda dengan kebiasaan orang Mesir pada masa Raja Tut, yang cenderung menggunakan sarkofagus dengan pahatan.
Untuk mendapat temuan ini, para peneliti menerapkan alat analisis modern dalam dunia arkeologi, kedokteran, dan biologi molekuler pada potret tersebut.
Dari analisis tersebut peneliti juga mendapat temuan lainnya, yaitu ada dua jenis kayu yang digunakan dalam potret tersebut.
Sebagian besar panel potret-potret tersebut terbuat dari pohon ara, yang merupakan bahan asli Afrika. Sedangkan sebuah panel tipis pada satu potret terbiat dari kayu limusin, yang hanya ditemukan di Eropa Tengah.
Selain itu, diperkirakan bahan pigmen untuk melukisnya diimpor dari Spanyol dan Yunani. Sumber-sumber ini menunjukkan adanya pola perdagangan yang kompleks dan luas.
Selain temuan itu, para peneliti menyebut bahwa semua orang dalam kelima potret tersebut menggunakan pakaian bagus seperti pakaian Romawi. Hal ini membuat orang bertanya-tanya bagaimana kehidupan mereka saat masih hidup.
Analisis lanjutan juga dilakukan untuk mendapatkan temuan lebih dalam terhadap lukisan-lukisan ini.
Analisis komputer menemukan tentang sapuan kuas dan cat yang menunjukkan potret 2 laki-laki tersebut berasal dari bengkel seni yang sama. Ini ditegaskan dengan goresan warna ungu yang dibuat dari campuran warna nila dan pigmen merah yang diekstraksi dari tanaman madder.
Namun, di luar semua temuan tersebut, yang masih menjadi misteri adalah mengapa mata para mumi ini digambarkan sebagai "sangat lembut"?
Ronkko menjelaskan, "Itu bisa jadi ringkasan untuk gaya tertentu atau makna linguistik yang tidak dapat kita askses."
"Mungkin ini berfungsi sebagai metafora untuk banyak aspek, bahkan dengan teknologi terbaru yang kita miliki, hal ini (mata yang digambarkan sangat lembut) masih menjadi misteri," sambungnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/20/184900823/teknologi-modern-bantu-peneliti-ungkap-misteri-lukisan-mumi-mesir