Tak hanya ibu yang dapat terpengaruh faktor dari luar tubuh hingga menyebabkan kerusakan pada janin dalam kandungan.
Kerusakan pada keturunan juga dapat terjadi karena faktor dari ayah.
Sebuah penelitian terbaru menyebutkan, tingkat stres yang dialami pria dapat memengaruhi kualitas sperma yang akan berdampak pada perkembangan otak keturunannya.
Temuan yang disampaikan ahli saraf Tracy Bale dari Universitas of Maryland School of Medicine dan timnya ini sebelumnya telah diujikan pada tikus jantan dewasa.
Mereka menemukan tekanan dapat memicu pelepasan molekul yang disebut microRNA dalam saluran yang terhubung ke testis.
MicroRNA dapat mengubah bagaimana gen diekspresikan pada janin, tak terkecuali bila tingkat stres ringan hal itu dapat memengaruhi kondisi kejiwaan seperti PTSD.
Bale mengatakan, hal ini juga dapat dialami pria atau calon ayah. Seperti dilansir dari Xinhua, Sabtu (17/2/2018), Bale dan timnya berhasil menguraikan perubahan yang terjadi dalam microRNA.
Dalam saluran reproduksi pria, caput epididimis, tempat sperma melepaskan vesikula kecil yang dikemas dengan microRNA dalam sperma akan merespons stres ayah dengan mengubah isi vesikula.
"Sperma dapat segera memberi dampak bagi perkembangan bayi. Hipotalamus ayah, atau bagian otak yang menentukan respons stres, dapat tersalurkan pada keturunannya," kata Bale dilansir dari Daily Mirror, Minggu (18/2/2018).
Hal itulah yang membuat sperma dapat memengaruhi perkembangan otak calon jabang bayi di masa depan. Diharapkan, ayah dapat melakukan pencegahan sejak dini sebelum hal itu terjadi.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/20/110200223/bagi-calon-ayah-usahakan-jangan-stres-saat-ingin-punya-keturunan