Peneliti dari Eropa dan Amerika berhasil memecahkan perilaku gen setelah jantung berhenti berdetak. Mereka menemukan hal menarik yang dapat meluruskan asumsi selama ini.
Dalam temuan tersebut, peneliti membuktikan saat jantung sudah berhenti berdetak sebenarnya ada beberapa gen yang tetap aktif. Di antaranya terjadi pada kulit, paru-paru, dan beberapa jaringan tubuh lain.
Pemahaman baru ini akan sangat membantu ahli forensik menentukan kapan tepatnya seseorang meninggal juga menambah pengetahhuan kita tentang bagaimana gen bekerja.
Untuk memecahkan persoalan apakah gen tetap aktif setelah kematian, sekelompok peneliti Internasional mengukur seberapa kuat sebuah gen diekspresikan.
Tim menggunakan sampel jaringan yang didapat dari proyek American Genotype-Tissue Expression. Sebuah proyek yang didanai pemerintah AS untuk mempelajari genetika yang mencakup sampel jaringan dari pasien yang masih hidup atau yang sudah mati.
Mereka mengamati 36 sampel darah dan jaringan yang berbeda dari 540 pendonor yang sudah meninggal pada interval waktu berbeda dan mencari aktivitas gen meningkat atau turun secara signifikan lewat perangkat lunak yang dapat menganalisis pola gen tersebut.
Dalam penelitian yang dipublikasikan pada Selasa (13/2/2018) di Nature Communication, tim ilmuwan menemukan bahwa ada beberapa aktivitas gen yang tidak langsung berhenti begitu saja.
Mereka menemukan aktivitas gen di beberapa jaringan seperti otot langsung turun begitu darah berhenti mengalir. Namun pada beberapa jaringan lain justru menunjukkan aktivitas yang terus berlanjut dan mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
"Respon terhadap kematian organ cukup spesifik. Saat darah berhenti mengalir, ada beberapa sel yang meningkatkan produksi hemoglobin untuk mengurangi sisa oksigen yang tersisa," kata ahli biologi molekuler, Roderic Guigó dari Center for Genomic Regulation di Barcelona, Spanyol, dilansir dari ABC News, Rabu (14/2/2018).
Para peneliti kemudian menemukan empat jenis jaringan yang paling tepat memprediksi kematian, yakni kulit yang terpapar sinar matahari, lemak di bawah kulit, tiroid, dan paru-paru.
"Pada tingkat sel, kematian adalah serangkaian kejadian yang memengaruhi proses biologis pada rentang waktu berbeda. Di sini gen mengendalikan hal tersebut," ujarnya.
Tim pun membuat rumus algoritma untuk dapat digunakan dalam analisis forensik. Saat mereka menguji algoritma, mereka menemukan bahwa prediksinya belum tepat, tapi secara umum akurat dalam waktu satu jam.
Berdasarkan temuan ini, ahli ekologi mikroba, Jennifer DeBruyn dari University of Tennessee di Knoxville yang tak terlibat dalam penelitian mengatakan temuan ini sangat membantu mengidentifikasi usia seseorang dengan lebih baik.
Ahli forensik hingga saat ini masih mengandalkan pengecekan pada suhu tubuh internal, mengukur kekuatan otot, dan mempelajari faktor lingkungan untuk menentukan kapan seseorang meninggal.
Dengan memecahkan misteri biologis bagaimana gen berperilaku setelah mati akan membantu memecahkan kasus kriminal juga.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/17/200500223/temuan-baru-saat-kita-mati-beberapa-gen-masih-hidup-