Dalam acara peluncuran dua seri bukunya Mommyclopedia di Jakarta pada Jumat (9/2/2018), Meta mengungkapkan, dikhawatirkan anak tersebut terserang penyakit Tubercolosis (TBC)
“Kalau dalam dua bulan berat badan anak tidak naik, bisa saja ada TBC,” kata Meta.
Menurut Meta, gejala penyakit TBC pada anak dan dewasa sangat berbeda. Gejala batuk yang umum menandakan penyakit TBC pada dewasa, tidak terlihat pada anak-anak. Penyakit TBC pada anak-anak hanya ditunjukkan lewat tidak adanya peningkatan berat badan pada anak.
Orang tua perlu memantau perkembangan berat badan anak sejak sedini mungkin. Jika ditemukan keanehan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter anak untuk mengetahui penyebabnya.
Dokter nantinya akan mengeksplorasi kondisi anak tersebut. Asupan makan akan dilihat.
Orang tua, terang Meta, kerap kali menganggap telah memberi makan anak dalam porsi yang banyak. Namun setelah ditelaah, orang tua keliru menggunakan media makan sebagai patokan kuantitas.
Dalam satu kali makan, anak membutuhkan 250 cc kalori. Kalori tersebut harus lengkap mengandung makronutrien maupun mikronutrien. Frekuensi anak makan juga diperhatikan, dalam sehari harus makan tiga kali yakni pagi, siang, serta malam. Di sela-sela waktu makan, bisa diberikan cemilan sehat seperti buah dan puding.
Anak memerlukan suplai karbohidrat sebanyak 55 persen hingga 65 peren. Asupan protein yang diperlukan bagi anak yakni 20 persen hingga 30 persen. Kebutuhan lemak untuk anak lewat makanan yakni 15 persen.
Metabolisme tubuh berlebih turut memengaruhi sulitnya anak bertambah berat badan. Orang tua juga perlu mewaspadai munculnya infeksi saluran kemih.
“Selain penyakit TBC, orang tua perlu mewaspadai penyakit infeksi saluran kencing,” kata Meta.
Anak yang menderita asma juga akan mengalami kesulitan peningkatan berat badan.
Meta menegaskan, orang tua tidak boleh tinggal diam lantaran berat badan anak yang tidak naik.
https://sains.kompas.com/read/2018/02/12/111951423/berat-badan-anak-tidak-naik-waspadai-tuberkulosis