Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sains Jelaskan Mengapa Kita Bisa Percaya atau Tidak pada Orang Asing

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences memaparkan bagaimana orang asing yang mirip dengan seseorang yang kita percaya akan lebih mudah dipercaya. Sebaliknya, orang asing yang mirip dengan orang yang tidak kita percaya, maka juga akan sulit kita percaya.

"Penelitian kami mengungkapkan bahwa orang asing tidak dipercaya bila mereka memiliki kemiripan dengan seseorang yang memiliki perilaku tidak bermoral," kata peneliti utama Oriel FeldmanHall, asisten profesor dari Departemen Ilmu Kognitif, Linguistik, dan Psikologi di Universitas Brown, seperti dilansir dari Science Daily, Senin (29/1/2018).

"Ini seperti teori pembelajaran Pavlov (Ivan Petrovich Pavlov) melalui percobaannya pada anjing, yang mengkondisikan perangsang stimulus bersyarat secara berulang pada bel tunggal sehingga bisa memunculkan reaksi seperti mengeluarkan air liur ketika lonceng dibunyikan," jelas Feldman Hall.

Dia melanjutkan, hal yang sama kami lakukan untuk membuat penilaian tentang orang asing. Kami menggunakan informasi tentang karakter moral seseorang untuk mengetahui apakah mereka dapat dipercaya.

Rekan penelitinya, Elizabeth Phelps yang profesor dari Departemen Psikologi Universitas New York, juga berkata bahwa hal tersebut dapat membantu untuk membuktikan bahwa otak manusia menerapkan mekanisme pembelajaran di mana informasi moral yang dikodekan dari pengalaman masa lalu memandu pilihan di masa depan.

Untuk membuktikannya, para peneliti melakukan serangkaian eksperimen yang berpusat pada permainan kepercayaan.

Caranya, para peserta diminta untuk mempercayakan uangnya pada tiga orang asing yang hanya dapat dipilih berdasarkan fotonya. Di sini, para peserta mendapati bahwa orang asing yang dapat dipercaya akan melipatgandakan uang tersebut menjadi empat kali lipat, sedangkan yang tidak bisa dipercaya justru mengambil uang tersebut.

Pada tahapan kedua, para peserta diminta untuk memilih rekan lain yang penampakannya telah diubah agar secara sekilas mirip dengan orang asing dari tes sebelumnya. Rupanya, peserta akan memilih rekan orang asing yang mirip dengan rekan sebelumnya yang mereka percaya.

Keputusan untuk percaya atau tidak percaya ini membuat sebuah kesimpulan yang menarik, di mana kepercayaan akan terus meningkat saat orang asing semakin mirip dengan orang yang mereka percaya sebelumnya, dan hal sebaliknya terjadi pada orang asing yang mirip dengan orang yang tidak dipercaya.

Hal ini juga berhubungan dengan otak manusia. Peneliti menemukan bahwa saat seseorang mengambil keputusan untuk percaya atau tidak pada orang asing, maka daerah neurologis pada otak termasuk amigdala akan bekerja dan mulai mengingat pengalaman di masa lalu untuk memutuskan apakah akan percaya atau tidak pada orang asing.

Temuan ini menunjukkan bahwa sifat otak sangat adaptif karena dapat memberikan penilaian moral terhadap orang asing dari mengingat pengalaman belajar sebelumnya.

https://sains.kompas.com/read/2018/01/31/130600923/sains-jelaskan-mengapa-kita-bisa-percaya-atau-tidak-pada-orang-asing

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke