Hasil penelitian yang dilakukan Prof.Rummel MJ,MD, PhD dari Jerman menyimpulkan, pasien yang diberikan terapi bendamustine yang dikombinasikan dengan rituximab dapat meningkatkan masa bebas penyakit atau remisi sampai 10 tahun.
"Angka kematian pasien dengan pengobatan bendamustine lebih sedikit dibandingkan dengan angka kematian pasien dengan terapi standar," kata Rummel dalam acara Rudy Soetikno Memorial Lecture yang diadakan di Titan Center Bintaro, Sabtu (27/1).
Bendamustine sebenarnya sudah ditemukan sejak 50 tahun lalu namun akses terhadap obat ini lebih banyak di Jerman. Kini obat tersebut sudah diproduksi oleh PT. Ferron Par Parmaceuthicals di Indonesia.
Baca Juga : Mengenal Macam-macam Pengobatan untuk Kanker Paru
Rummel menambahkan, pengobatan ini memberi harapan baru pada pasien yang membutuhkan, yaitu pasien limfoma non-hodgin (tidak terdeteksi sel abnormal Reed-Sternberg), terutama jenis yang menyerang sel-B.
"Sebagian besar kanker limfoma non-hodgin menyerang sel-B, angkanya mencapai 90 persen," katanya.
Bendamustine diberikan secara suntikan intravena atau kemoterapi, diberikan sendiri atau dengan kombinasi rituximab. Pasien tidak perlu melakukan pemeriksaan genetik terlebih dahulu kecuali pada kondisi khusus.
Menurut Rummel, tidak ada kontraindikasi untuk bendamustine. “Selama pasien tidak memiliki kondisi ginjal, liver, dan organ lain sehat, maka dapat diterapi dengan bendamustine.”
Dijelaskan oleh Dr.Hilman Tadjoedin, Sp.PD-KHOM, terapi kombinasi ini memberi harapan baru bagi pasien limfoma, terutama kanker dengan stadium rendah.
"Pengobatan ini untuk mengendalikan penyakitnya sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien. Misalnya menghambat pertumbuhan benjolan, walau belum sembuh sempurna tapi itu sudah sangat membantu pasien," kata Hilman dalam acara yang sama.
Baca Juga : Gen Ini Membuat Gajah Terhindar dari Kanker
Pengobatan dengan bendamustine, lanjut Hilman, termasuk dalam pengobatan lini kedua jika pengobatan lini pertama kurang responsif. "Ada beberapa dokter di Indonesia yang sudah menggunakannya, tapi karena ini obat baru jadi belum banyak laporan efektivitasnya," katanya.
Krestijanto Pandji, Presiden Direktur PT. Ferron Par Parmaceuthicals menyebutkan, obat bendamustine ini akan masuk dalam formularium nasional atau ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS Kesehatan) sekitar bulan April atau Mei 2018.
"Dengan harganya yang lebih terjangkau, produksi obat ini bisa membantu pasien Indoensia dan mengurangi ketergantungan pada obat impor," ujar Krestijanto.
Ada dua jenis kanker yang terdapat pada sistem kelenjar getah bening, yaitu limfoma hodgkin dan limfoma non- hodgkin.
Gejala kanker ini antara lain pembengkakan pada kelenjar getah bening, seperti di bagian leher, ketiak, atau lipatan paha.
Baca Juga : Kanker Bisa Dilawan, Djap Kie Nam Telah Membuktikannya
https://sains.kompas.com/read/2018/01/29/090000923/obat-kanker-limfoma-diproduksi-di-dalam-negeri-harga-lebih-terjangkau