Salah satunya di wilayah Gunung Kidul, Yogyakarta, yang tiba-tiba terbentuk danau yang kemudian dijadikan tempat wisata oleh warga.
Namun, pada Selasa (22/1/2018), danau dadakan yang ada di Luweng Blimbing atau goa vertikal di wilayah Dusun Serpeng Wetan, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta, ini mendadak surut. Airnya habis tak tersisa.
Seperti diberitakan Kompas.com, seorang warga mengatakan air yang awalnya hampir memenuhi cekungan habis. "Sejak siang sekitar pukul 14.00 WIB (air berkurang) dan habis sekitar pukul 16.00 WIB," kata Suharto saat ditemui di lokasi, Senin (22/1/2018).
Lubang berdiameter sekitar 300 meter dengan kedalaman sekitar 60 meter itu kering. Warga mendengar suara air yang masuk ke dalam tanah. "Suaranya itu seperti gempa bumi, airnya masuk ke dalam lubang di dasar luweng. Lalu airnya habis," ucap Wartinah.
Terkait hal ini, ahli geologi Rovicky Dwi Putrohari menjelaskan bahwa genangan dan meresapnya air ke dalam tanah terjadi karena adanya sungai bawah tanah. Kejadian ini sangat normal.
"Itu karena air (hujan) yang masuk (ke luweng) teralirkan kembali melalui sungai-sungai bawah tanah yang mengalirkan air. Artinya, proses pengisiannya cepat, tetapi proses pengurasannya juga sangat cepat," kata Rovicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/1/2018).
Dia menambahkan, jika nanti terjadi hujan lebat, sangat mungkin luweng-luweng yang kini kering akan terisi air lagi. Kemudian tak lama dari itu, akan surut dengan cepat kembali.
"Memang mekanismenya seperti itu. Saat terjadi hujan deras, luweng akan menampung air sehingga sistem sungai dan sistem hidrologi di daerah kars memungkinkan luweng-luweng terisi air. Proses pengisian dan pengurasannya sangat cepat karena melalui sungai bawah tanah," ujarnya.
Sungai bawah tanah merupakan ciri khas hidrologi daerah karst dan daerah yang kaya batu kapur (gamping), yang banyak ditemukan di pegunungan selatan pulau Jawa.
https://sains.kompas.com/read/2018/01/23/210700123/waduk-dadakan-di-gunung-kidul-terkuras-habis-ini-penjelasannya