Monyet makaka pun melakukan hal yang sama, seperti yang dipaparkan oleh para peneliti ari Universitas Princeton, Universitas Maryland, dan Institut Santa Fe dalam Science Advances, Rabu (17/1/2018).
Para peneliti sebetulnya ingin memahami bagaimana dan mengapa struktur kekuasaan dalam kelompok primata bermanfaat bagi kelompoknya.
Untuk itu, mereka menggunakan perhitungan kolektif dengan kerangka kerja berbasis matematika untuk mempelajari bagaimana sistem adaptif menyelesaikan masalah.
Hasilnya, mereka berhasil membuktikan bahwa primata juga membutuhkan waktu untuk merenungkan masalah dan mengambil keputusan.
Misalnya saat mereka dihadapkan dengan monyet lain untuk bertarung, mereka akan memperkirakan seberapa besar kekuatan saingannya sebelum memutuskan untuk bertarung atau menyerah.
Ini merupakan sesuatu yang penting bagi monyet karena hasil pertarungan akan menunjukkan siapa yang paling kuat.
Meski telah diketahui bahwa biasanya perilaku kelompok biasanya ditentukan oleh keputusan individu yang berada di dalamnya, tetapi ada hal yang tidak dipahami terkait bagaimana keputusan yang diambil nantinya dapat memberi keuntungan untuk kelompok.
Temuan para peneliti menunjukkan bahwa saat seekor monyet menolak untuk mundur dari pertarungan, hal itu akan berdampak bagi kelompoknya.
Menolak menyerah disebut memberi waktu yang lebih lama untuk membuat keputusan dan memahami kekuatan pesaing. Dengan demikian, keputusan monyet untuk bertarung atau mundur akan lebih akurat.
Artinya, dalam beberapa kondisi, konflik kepentingan individu sebenarnya bisa memberi manfaat bagi semua orang.
Bukannya menciptakan ketidakstabilan, para peneliti berpendapat bahwa bahwa keengganan untuk mundur dari pertarungan dapat menyebabkan semacam refleksi yang diperlukan untuk memecahkan masalah dengan benar.
https://sains.kompas.com/read/2018/01/18/210500423/studi-pada-monyet-tunjukkan-kenapa-kita-tidak-perlu-takut-konflik