Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peninggalan VOC Ditemukan di Sekitar Candi Borobudur, Seperti Apa?

Awal Desember 2017, warga menemukan lebih dari 1.400 koin saat sedang menggali tanah yang akan digunakan untuk pembuatan batu-batu. Saat itu semua koin berada dalam guci tembaga yang sudah terbelah dua.

Penemuan tak disengaja ini kemudian menjadi viral setelah warga lain mengunggah keberadaan koin tersebut ke media sosial.

Barulah pada pertengahan Desember 2017, tim arkeolog BKB meninjau lokasi penemuan yang ternyata merupakan situs cagar budaya sebagaimana tercantum dalam keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nomor 286 tahun 2014 tentang Satuan Ruang Geografis Borobudur sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional.

Setelah melalui pendekatan persusif, penemu bersedia meminjamkan uang koin itu kepada tim arkeolog BKB untuk diteliti apakah merupakan cagar budaya yang harus dilindungi atau bukan. Namun sayang, guci wadah koin itu sudah tidak ada.

Winda Diah Puspita Rini, arkeolog BKB, berkata pihaknya sudah membersihkan 200 dari 1.400 koin yang ditemukan. Sebab awalnya koin tersebut tertutup gumpalan tanah.

"Sedikit demi sedikit kami pisahkan koin-koin itu, dan berhasil kami lepas 200 keping. Setelah itu, kami bersihkan dengan perawatan khusus supaya tidak merusak wujud aslinya," jelas Winda, kepada Kompas.com, Jumat (12/1/2018).

Pembersihan dilakukan dengan air perasan jeruk nipis dan soda kue. Peneliti harus menggunakan alas tangan latex saat memegang, guna melindungi koin berdiameter 2 sentimeter itu. Peneliti juga memakai X-Ray Fluorescence (XRF) untuk mengetahui kandungan unsur koin.

"Kami bersihkan dulu sampai dua tahap, sampai benar-benar terlihat bentuk aslinya. Kemudian kami pakai XRF, dan diketahui sampel koin paling banyak mengandung unsur Cu atau tembaga," cetus Winda.

Hasil sementara diketahui sampel koin berasal dari 44 angka tahun yang berbeda, mulai tahun 1740-1800an. Sampel koin memperlihatkan setidaknya 4 gambar yang berbeda di setiap sisi.

Satu sisi bergambar lambang VOC, sedangkan sisi lainnya bergambar lambang seperti seekor singa berdiri, kemudian ada lambang sebuah provinsi di Belanda yang diduga adalah tempat uang koin itu dicetak, antara lain Holland, Ultrech, West Friesland, Zealand, dan Gerderland.

"Dilihat tahunnya, uang koin ini sudah ada sebelum Gubernur Jenderal Inggris Raya, Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi Borobudur pada 1814," katanya.

Kemudian dari hasil kajian literatur, koin tersebut bernilai 1/2 doit sampai 1 doit.

Doit adalah satuan terkecil mata uang Belanda pada abad ke-14. Tim arkeolog menduga koin tersebut merupakan alat transaksi jual beli pada masa VOC.

Tidak hanya sampel koin yang diteliti, sampel tanah yang semula menggumpal dengan koin itu juga diteliti. Biasanya sampel tanah bisa memberikan petunjuk jenis vegetasi yang hidup pada masa lampau di kawasan penemuan koin tersebut.

Tim arkeolog terus melakukan penelitian dan kajian sampai benar-benar dapat disimpulkan apakah uang koin ini termasuk cagar budaya atau bukan.

Jika tergolong cagar budaya, maka uang koin akan diminta dan disimpan pemerintah dengan memberikan kompensasi kepada warga yang menemukan.

"Jika bukan termasuk cagar budaya maka uang koin akan dikembalikan kepada warga yang menemukan," tutur Winda.

Lokasi penemuan di situs Bowongan berjarak sekitar 4 sampai 5 kilometer dari Candi Borobudur.

Warga setempat kerap menemukan benda bersejarah seperti batu-bata kuno berukuran besar dan tebal. Hanya saja warga sering membiarkan atau sekedar menyingkirkan penemuan itu tanpa memberitahu pihak berwenang.

"Penemuan koin ini secara fisik baru pertama kali. Tapi informasi dari warga, koin serupa pernah ditemukan di Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, tapi tidak dilaporkan. Sampai sekarang keberadaan koin itu tidak terlacak. Di desa ini juga pernah ditemukan potongan patung yang ternyata patung kepala Buddha Candi Borobudur," urai Winda.

https://sains.kompas.com/read/2018/01/13/211600523/peninggalan-voc-ditemukan-di-sekitar-candi-borobudur-seperti-apa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke