Fosil ini ditemukan di sedimen purba dekat kota St Bathans, Selandia Baru, 15 tahun lalu. Namun, hasil penelitiannya baru diterbitkan di jurnal Scientific Reports, Rabu (10/1/2018).
Dalam penelitiannya, diperkirakan kelelawar ini hidup pada 16 sampai 19 juta tahun lalu.
Berbeda dari kelelawar saat ini, nenek moyang kelelawar berukuran raksasa. Dengan berat sekitar 40 gram, kelelawar ini mempunyai gigi dan tulang yang ukurannya tiga kali ukuran rata-rata kelelawar modern. Peneliti percaya dia bisa terbang dan merangkak untuk mencari makanan.
Oleh tim peneliti internasional, dia diberi nama Vulcanops jennyworthyae. Nama itu diambil dari Jenny Worthy, anggota tim yang menemukan fosil, sementara Vulcan merupakan nama dewa api dari mitologi Romawi dan nama sebuah hotel bersejarah di St. Bathans dekat ditemukannya fosil tersebut.
Melihat ukuran kelelawar V jennyworthyae yang jauh lebih besar, peneliti menduga di masa lalu mereka memiliki pola makan yang berbeda dengan kelelawar saat ini.
"Gigi dan ukurannya yang besar menunjukkan bahwa makanannya berbeda. Dia mampu makan makanan nabati lebih banyak dan juga vertebrata kecil. Kami tidak melihat pola itu pada kelelawar Australia yang hidup saat ini," ujar penulis studi Profesor Sue Hand dari University of New South Wales, Kamis (11/1/2018).
Sebagai tambahan, V jennyworthyae adalah genus kelelawar pertama yang ditambahkan dalam daftar fauna Selandia Baru setelah lebih dari 150 tahun.
https://sains.kompas.com/read/2018/01/12/160500823/inilah-sosok-moyang-kelelawar-yang-bertubuh-raksasa-dan-bisa-merangkak