KOMPAS.com –- Setelah seharian bekerja, tubuh manusia juga memerlukan waktu untuk berisitirahat. Para ahli medis merekomendasikan tidur selama 7-9 jam setiap malam.
Kekurangan tidur terkait dengan berbagai kondisi kesehatan, dari lelahnya badan pada keesokan hari, hingga penyakit yang lebih serius seperti obesitas, diabetes, jantung, stroke.
Sebaliknya, jika tidur Anda cukup, potensi penyakit tersebut pun menurun. Bahkan, hasil penelitian yang dipublikasikan di American Journal of Clinical Nutrition pada Selasa (9/1/2018), menyebutkan bahwa waktu tidur dapat memotong hasrat mengonsumsi asupan gula tambahan.
Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan merekrut 21 individu untuk mengikuti program konsultasi tidur selama 45 menit. Program itu dirancang untuk memperpanjang waktu tidur hingga 1,5 jam setiap malam. Caranya dengan menghindari kafein, membuat rutinitas santai, tak tidur saat terlalu kenyang atau lapar, serta saran waktu tidur sesuai gaya hidup.
Sebagai kelompok kontrol, para ilmuwan juga merekrut 21 orang lain. Berbeda dengan kelompok pertama, mereka tak mendapat intervensi pola tidur.
Para ilmuwan lantas meminta semua peserta untuk mencatat pola tidur dan pola makan selama tujuh hari. Mereka juga menggunakan sensor gerak di pergelangan tangan. Sensor tersebut akan mengukur jumlah tidur, serta waktu yang dihabiskan di atas kasur sebelum benar-benar tidur.
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa 86 persen peserta yang mendapat intervensi tidur punya waktu tidur lebih banyak. 50 persen peserta memperpanjang durasi tidurnya 52-90 menit dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kemudian, tiga peserta dalam kelompok intervensi tidur mencapai rata-rata mingguan 7-9 jam yang direkomendasikan.
Meski demikian, para peneliti juga memberikan catatan bahwa dari data yang didapatkan, jumlah tidur yang lebih lama mungkin memiliki kualitas yang lebih rendah daripada peserta dalam kelompok kontrol. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adaptasi rutinitas baru.
Menariknya, peserta dengan tidur lebih banyak mengurangi asupan gula tambahan 10 gram pada hari berikutnya. Perbandingan takaran gula merujuk pada jumlah gula saat awal penelitian. Selain itu, mereka juga mengonsumsi lebih sedikit karbohidrat dari pada kelompok kontrol.
"Memperpanjang tidur menyebabkan pengurangan asupan gula tambahan. Apa yang kami adalah gula ditambahkan ke makanan oleh produsen atau dalam memasak di rumah, serta gula dalam madu, sirup dan jus buah," kata Wendy Hall, dosen senior di Departemen Diabetes dan Ilmu Gizi di King's College London dikutip Live Science, selasa (9/1/2018).
Dia melanjutkan, kami pum menyarankan perubahan sederhana dalam gaya hidup untuk benar-benar membantu orang mengonsumsi makanan yang lebih sehat.
Pemimpin penelitian, Haya Al Khatib, profesor dari Departemen Ilmu Gizi di King's College London, berkata bahwa durasi dan kualitas tidur dapat menjadi area peningkatan kesadaran kesehatan masyarakat.
"Hal ini semakin memperkuat hubungan antara tidur pendek dan diet berkualitas buruk yang telah diamati oleh penelitian sebelumnya," kata Al Khatib.
"Kami berharap dapat menyelidiki temuan ini lebih lanjut dengan studi jangka panjang yang memeriksa asupan nutrisi dan meneruskan ketaatan terhadap perilaku memperpanjang tidur secara lebih detail, terutama pada populasi yang berisiko mengalami obesitas atau penyakit kardiovaskular,” lanjutnya.
Melalui penelitian ini, Al Khatib juga berpendapat bahwa kebiasaan tidur pada orang dewasa dapat diubah dengan relatif mudah bila menggunakan pendekatan personal.
https://sains.kompas.com/read/2018/01/11/210856723/tidurlah-lebih-lama-untuk-kurangi-asupan-karbohidrat-dan-gula