KOMPAS.com - Sebuah peristiwa langka terjadi di pantai dekat Rio de Janeiro, Brasil beberapa waktu yang lalu. Lebih dari 80 lumba-lumba mati ditemukan di pantai tersebut bulan lalu.
Penyebab kematian para lumba-lumba ini masih belum diketahui hingga saat ini. Hal tersebut juga membuat para ahli konservasi bingung.
Menurut laporan Associated Press, sejak 16 Desember 2017, setidaknya 88 lumba-lumba abu-abu terdampar di Teluk Sepetiba, sekitar 72 kilometer sebelah barat Rio de Janeiro. Padahal, jumlah lumba-lumba di teluk tersebut diperkirakan sekitar 800 ekor.
Dengan kata lain, jumlah lumba-lumba yang mati lebih dari 10 persen populasi. Ini mungkin kasus kematian lumba-lumba terbanyak di dunia.
"Suatu hari kita menemukan bangkai lumba-lumba jantan dewasa, dan esok harinya, betina dan anak-anak. Kebanyakan dari mereka kurus dengan luka kulit yang dalam," ungkap Leonardo Flach, seorang ahli biologi dikutip dari ABC News, Kamis (04/01/2018).
Flach yang juga koordinator Boto Cinza Institute, lembaga konservasi setempat, menyebut bahwa penyebabnya mungkin bakteri atau virus. Untuk mengetahui penyebabnya, Flach dan timnya memeriksa kulit, darah, dan tulang rawan para lumba-lumba tersebut.
"Kami belum pernah mengalami ini sebelumnya. Ini tragedi," kata Flach.
Flach juga menyebut jika kematian lumba-lumba ini terkait dengan patogen, maka 70-80 persen dari populasi lumba-lumba di teluk tersebut bisa terancam.
Dilansir dari National Geographic, Senin (08/01/2018), lumba-lumba biasanya tinggal disebuah lubang dengan penghuni hingga 200 individu. Lumba-lumba memang dikenal memiliki hubungan yang dekat.
Maka penyakit menular bisa sangat menghancurkan populasinya.
Hasil uji laboratorium terhadap lumba-lumba yang terdampar diharapkan bisa selesai pada akhir Januari 2018 ini.
Dalam keadaan normal, sekitar 5 bangkai lumba-lumba ditemukan setiap bulannya. Penyebabnya adalah penangkapan ikan berlebih, polusi, hingga perburuan liar.
Teluk Sepetiba juga dikelilingi oleh galangan kapal, pelabuhan, dan bangunan tempat tinggal yang dianggap cukup mempengaruhi mamalia laut itu.
Dirangkum dari Science Alert, Rabu (10/01/2018), Flach berharap pihak berwenang secara resmi menyatakan lumba-lumba abu-abu tersebut sebagai spesies yang terancam punah. Selain itu, dia juga meminta pemerintah untuk mengambil langkah penyelamatan lumba-lumba jenis ini.
"Mereka adalah spesies yang terancam punah," kata Flach.
"Namun dengan penyakit yang tidak diketahui ini, kami berharap dapat memberi tekanan lebih pada para pejabat untuk membantu menyelamatkan lumba-lumba," sambungnya.
https://sains.kompas.com/read/2018/01/11/170000323/misterius-88-bangkai-lumba-lumba-terdampar-di-brasil