Pengalaman ini disebut tripofobia atau ketakutan irasional terhadap lubang berpola, misalnya sarang semut atau lebah, lubang pada kayu, kelopak pada bunga, dan lain sebagainya.
Namun, dalam penelitian yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Peer J, Kamis (4/1/2018), beberapa peneliti yang terlibat menyebut tripofobia bukanlah fobia yang identik dengan ketakutan berlebih terhadap sesuatu. Tripofobia timbul karena rasa jijik.
Penelitian ini bermula karena kurangnya pemahaman terhadap tripofobia. Manual Diagnostik dan Statistik Mental Disorder (DSM) bahkan tidak mengenalinya.
Peneliti dari Emory Univerity kemudian tertarik untuk mempelajari respons ketakutan yang berhubungan dengan lubang.
Mereka menggunakan teknologi pemeriksaan mata untuk mempelajari respons pupil mata saat para relawan melihat gambar.
Ada sekitar 60 gambar yang ditunjukkan. 20 gambar adalah hewan berbahaya seperti laba-laba dan ular; 20 adalah pemicu tripofobia dengan gambar lubang pola berulang; dan 20 adalah gambar netral seperti binatang yang tidak berbahaya.
Saat ditunjukkan gambar binatang yang berbahaya, hasil dari penelitian mengungkapkan jika pupil relawan menjadi lebih besar sebagai respons dari ketakutan.
Sementara itu, saat ditunjukkan gambar-gambar pemicu tripofobia, pupil menjadi lebih kecil yang menunjukkan rasa jijik.
"Gambar lubang menyebabkan penyempitan pupil yang mengindikasi respons terkait dengan rasa jijik, bukan ketakutan," kata Vladislav Ayzenberg, penulis utama studi ini, seperti dikutip dari Science Alert, Senin (8/1/2018).
Rasa jijik berjalan beriringan dengan detak jantung dan pernapasan yang lebih lambat untuk membuat tubuh lebih berhati-hati terhadap lingkungan sekitarnya dan mempersiapkan diri untuk bahaya yang akan terjadi.
"Kita adalah spesies yang sangat visual. Dari apa yang kita lihat memungkinkan kita untuk menyimpulkan dengan segera, serta bereaksi terhadap potensi bahaya," tambah Ayzenberg.
Lalu, mengapa manusia merasa jijik dengan lubang berpola?
Tim peneliti berpendapat bahwa pola lubang seperti yang ditemukan pada bunga teratai dan sarang lebah dapat membangkitkan keengganan manusia untuk melihat. Ini karena pola tersebut menyerupai parasit atau penyakit menular.
Manusia dan primata kemungkinan telah terhubung dengan tanda-tanda itu sejak lama.
Penelitian ini memang tidak membantu mengatasi tripofobia, namun setidaknya membantu menunjukkan bagaimana visual dapat menghasilkan reaksi selain rasa takut terhadap sesuatu.
https://sains.kompas.com/read/2018/01/09/170000023/ketakutan-akan-lubang-bukan-fobia-menurut-sains-ini-penjelasannya-