KOMPAS.com - Sebuah penemuan masjid kuno di Afghanistan menarik perhatian para arkeolog. Pasalnya, masjid dengan sembilan kubah tersebut dianggap menyimpan rahasia setelah strukturnya masih berdiri tegak meski berusia 1.000 tahun.
Karena jumlah kubahnya, masjid ini dinamai masjid sembilan kubah. Kubah ini juga merupakan hal unik dari masjid kuno tersebut, karena berkilau dari sisa-sisa batu lazuli lapis biru yang meghiasinya.
Dari tes karbon pada awal 2017, masjid di provinsi Balkh ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8. Dengan kata lain, masjid ini dibangun segera setelah Islam masuk ke Asia Tengah.
Sayangnya, masih menjadi miteri kapan dan oleh siapa masjid ini dibangun.
Bagian yang bertahan dari masjid ini hanya 20 x 20 meter, telah membingungkan para ahli.
"Ini adalah keajaiban yang masih berdiri meski dimakan waktu dan erosi,: ungkap Ugo Tonietti dari Universitas Florence dikutip dari AFP, Sabtu (06/01/2018).
Masjid tersebut juga telah melewati iklim gersang selama berabad-abad. Ini pulalah yang membuatnya menjadi salah satu bangunan Islam paling awet di dunia.
"Sangat berharga dan sangat rentan," kata Tonietti yang mengkhususkan diri pada konservasi warisan budaya.
Waktu telah membasuh sebagian besar warna pilarnya, namun masjid ini pernah menjadi tontonan yang mempesona.
"Ini adalah sebuah mahakarya, Anda harus membayangkan tampilannya, dihiasi sepenihnya dengan batu lapis lazuli, bebrapa bagian berwarna merah, semuanya ditutup dan dilukis: seperti taman surga di dalamnya, dengan langit di atasnya, kubah dihiasi dengan warna putih dan biru," ujarnya.
Dekorasi daun pohon anggur halus yang tergores pada pilarnya menyerupai yang terlihat di kota Samarra, kata Tonietti. Samarra sendiri adalah ibukota Islam abad kesembilan pada saat kekuasaan berada di kerajaan Abbasiyah yang terbentang dari Tunisia hingga Pakistan.
Namun masjid di provinsi Balkh ini lebih tua daripada kerajaan tersebut. Dengan teknologi penanggalan karbon dan sumber sejarah, menunjukkan bahwa masjid ini dibangun pada awal tahun 794.
"Ini berarti bahwa masji Kekaisaran Abassid dipengaruhi oleh Afghanistan, bukan sebaliknya," kata Julio Sarmiento-Bendezu, direktur Delegasi Arkeologi Prancis di Afghanistan.
"Masjid ini luar biasa dalam keindahan, konservasi, dekorasi, dan pengetahuan yang dimilikinya," sambung Sarmiento-Bendezu yang menjadi pemimpin penggalian di lokasi tersebut.
Masjid yang memiliki nama Persis Noh Gonbad ini sebenarnya baru ditemukan secara kebetulan.
Pada akhir 1960-an, seorang arkeolog Amerika yang berpergian ke wilayah tersebut meminta masyarakat setempat untuk membawanya ke sebuah masjid yang dihancurkan Genghis Khan. Diketahui bahwa Kaisar Mongol tersebut pernah mengamuk di seluruh wilayah pada abad ke-13.
Selanjutnya, para penduduk setempat menuntun arkeolog tersbeut ke masjid yang sepi dan setengah terkubur. Lokasinya sekitar 20 kilometer di barat Mazar-i Sharif (salah satu kota di Afghanistan).
Sayangnya, setelah ditemukan, bangunan ini tak bisa segera digali. Alasannya adalah perang yang terjadi dinegara tersebut. Baru pada 2006, penggalian bagunan ini dimulai.
"Awalnya kami mengira itu adalah monumen yang terisolasi, tapi saat kami melanjutkan, kami melihat bagunan itu menempel pada struktur tua lainnya," kata Sarmiento-Bendezu.
"Pada akhir abad ke-8, dunia Buddha tersiksa di wilayah ini. Tidak diragukan lagi bangunan itu dibangun di atas sisa sebuah biara," imbuhnya.
Pada Juli 2017, arkeolog menggali pilar dengan kealam 1,5 meter. Tapi survei menunjukkan sisa-sia yang lebih dalam.
"Ini adalah jendela yang terbuka untuk periode kuno, di sini kita dapat menemukan basis budaya berikutnya," kata Arash Boostani, seorang arsitek dan insinyur Iran di Universitas Teheran.
Spesialis pelestarian monumen bersejarah mengatakan bahwa beberapa desain bunga di masjid itu pra-Islam telah diserap dari budaya lokal.
Masjid ini disebut terlindung karena elemen atap logamnya. Tapi bangunan ini tetap rentan karena struktur bata dan tambalannya rentan terhadap erosi.
Kubah masjid ini diperkirakan rubuh segera setelah masjid ini dibangun.
"Dengan gempa bumi pada 819 banyak bagian masjid yang roboh," ungkap Boostani.
Gempa bumi 100 tahun kemudian juga menghantam dinding dan membuat 15 retakan. Para ahli meregangkan jaring fiberglass untuk menopang dua retakan paling besar dengan suntikan semen tanpa mengubah hiasan gypsum.
Uniknya lagi, potongan kubah ini seperti memiliki arti khusus bagi masyarakat sekitar.
"Potongan-potongan kubah, betapapun beratnya, diangkut dan digunakan untuk menutupi makam di dekatnya: mengapa memeberi diri Anda beban ini jika bangunan itu tidak memiliki nilai simbolik yang kuat," kata Sarmiento-Bendezu.
Namun seperti semua penggalian, masjid sembilan kubah ini membuat lebih banyak pertanyaan dibanding yang mereka jawab, ungkap arkeolog tersebut.
https://sains.kompas.com/read/2018/01/07/113300623/masjid-kuno-nan-misterius-ditemukan-di-afghanistan-apa-istimewanya-